PWMU.CO-Kajian rutin jumat malam terus dilestarikan Pimpinan Ranting Aisyiyah Desa Bendo Pare, Kediri. Kali ini, kegiatan digelar dengan memghadirkan muballigh dari MHH PDM Kabupaten Kediri, Dahlansae, Jumat (27/04/2018). Bertempat di rumah Ketua Pemuda Muhammadiyah Cabang Pare, Obet Cahyono, kegiatan diikuti seluruh anggota pimpinan ranting setempat dan fungsionaris PCPM Pare.
Mengangkat tema: Menyongsong Ramadan di Tahun Politik, kajian dilakukan secara interaktif, sehingga berlangsung cukup hidup dan tidak ada yang mengantuk. Dahlan yang juga Sekretaris Majelis Hukum dan HAM PDM Kabupaten Kediri menjelaskan tentang puasa ramadan. Menurut Dahlan, ibadah puasa telah dinash dalam al Quran oleh Allah sebagaimana tertuang dalam surat al Baqarah ayat (183).
Dalam ayat tersebut, lanjut Dahlan, Allah Swt mengawali firman-Nya dengan kalimat: Yaa ayyuhaladzina aamanu (wahai orang orang yang beriman), kemudian dilanjutkan dengan kalimat : Kutiba alaikumush shiyaamu kamaa kutiba ‘alaladzina ming qoblikum (diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai mana telah diwajibkan atas umat sebelum kamu). “Dan diakhiri dengan kalimat: la’allakum tattaquun (agar kamu bertakwa),” jelas Ketua MPS PCM Pare ini.
Jadi, kata dia, melaksanakan ibadah puasa itu dimulai dari titik iman, dilanjutkan pelaksanaan shoum, dengan harapan agar orang orang beriman setiap harinya berperilaku mencerminkan hasil puasanya, memiliki strata takwa paripurna. Tidaklah mungkin, jelas dia, orang bisa berpuasa tanpa memiliki iman dan mustahil orang ujug-ujug bertakwa tanpa hidayah dari Allah, tanpa menghayati nilai yang terkandung luar biasa dari puasa.
Dia mengajak jamaah untuk percaya bahwa Allah akan menyiapkan pahala lebih baik dibanding kenikmatan dunia yakni surga. Itu harus diyakini, sebuah keyakinan pada taraf terpatri dalam jiwa, dibungkus dengan daun iman yang membara, sehingga melekat sebagai bagian dari anggota tubuh yang pada gilirannya mampu memompa semangat berpuasa. “Berpuasa karena Allah memanggilnya, karena Allah memerintahnya,” ucap dia.
Sambil mengutip pernyataan Ketua PWM Jatim DR. M. Sa’ad Ibrahim, dia menyampaikan bahwa puasa itu adalah al-imsak. Secara syar’i, puasa itu menahan diri dari menyalurkan libido seksual suami istri, dimulai dari fajar sidiq hingga tenggelamnya matahari. Sejatinya, terang dia, puasa menurut agama Islam adalah menahan diri. Dalam hadits riwayat Baihaqi, Nabi Muhammad SAW bersabda, kalau manusia tidak bisa menahan diri dari selera nafsu syahwatnya, tidak mau diatur secara Islami, maka hiduplah sesukamu tetapi ingatlah segala sesuatu yang dilakukan pasti dimintai pertanggungjawaban.
Kalimat dalam hadits itu, lanjut dia, mengandung kalimat perintah, dan peringatan agar hidup bermartabat tidak perlu mengumbar nafsu setan, mencintai harta, menyukai lawan jenis, bahkan berbuat, bekerja, dan beribadah supaya tetap mengindahkan aturan. Karena seluruhnya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Ketua “mahkamah konstitusi akhirat”, tidak menerima gratifikasi, tidak mau disogok dengan jenis mata uang dunia, juga tidak mau diajak kompromi, apalagi korupsi secara berjamaah.
“Yang ada, hanyalah sisa hasil usaha ketika hidup di dunia, yang ditabung di BCA (Bank Cabang Akhirat),” candanya.
Hari ini, kata dia, sebenarnya kita sedang menandatangani aplikasi untuk diambil di yaumil qiyamah kelak. Gemar melakukan kajian, melakukan amal perbuatan baik secara istiqomah, tetap melaksanakan perintah, sedapat mungkin menjauhi larangan, gemar beramar makruf nahi mungkar, dan tidak memilih pemimpin musyrik (kafir), tambah dia, akan diganjar oleh Allaw Swt. “Insyaallah kita akan menerima dividen dari amal perbuatan kita,” ucap dia.
Dalam menyongsong pilgub Jatim, dia juga mengingatkan jamaah dengan memperhatikan al Qur’an Surat al Maidah ayat (57). Dalam ayat ini, jelas dia, ada larangan keras menjadikan orang musyrik (kafir ) sebagai pemimpin. “Marilah kita perhatikan, kita takar dua kandidat calon gubernur Jawa Timur, siapa yang menabrak surat al Maidah ayat (57), siapa yang mengolok-olok agama Islam, maka jawabannya tolong disimpan dulu, karena saya haqqul yakin dan tampak dari guratan wajah anda adalah orang orang yang cerdas memilih pemimpin,” tutur dia.
Di akhir kajian, penulis buku Qod Aflaha Man Tazakka ini mengajak agar memilih kader terbaik yang diwakafkan Muhammadiyah untuk Indonesia, yakni Nadjib Hamid for DPD-RI dan Prof DR. Zainuddin Maliki sebagai caleg DPR-RI. Disebut bahwa berkemajuan itu kalau yang lain masih duduk kita sudah berdiri bahkan lari untuk mencapai negeri gemah ripah loh jinawe, toto tentrem kerto Raharjo, negeri subur makmur, di bawah naungan Allah Swt karena penduduknya beriman dengan benar, bertakwa dengan benar tidak mencampuraduk antara yang haq dengan yang batil. “Niscaya rahmad Allah menyertai kita,” ucapnya.
Politik itu, kata dia, erat kaitannya dengan kekuasaan, Muhammadiyah tidak bisa dibutakan oleh pemandangan jelek negeri akhir akhir ini. Dikatakan, keinginan bisa mewarnai corak dan pola pikir eksekutif maupun legislatif, namun NKRI itu dibangun oleh cucuran keringat bahkan darah syuhada yang berasal dari rahim Muhammadiyah. “Karenanya, kapan lagi kalau tidak sejak sekarang kita tata niat untuk mendongkrak perolehan suara bagi DPRD hingga DPR RI bagi kemenangan kaum mukmin,” ajak dia, (Dahlansae)
Discussion about this post