PWMU.CO– Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Gresik menggelar Darul Arqam Nasyiatul Aisyiyah (DANA) 2 di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah Dukun, Sabtu-Ahad (28-29/4/2018).
Acara pengkaderan ini diikuti oleh 65 peserta dari wilayah kerja utara meliputi PCNA Bungah, Sedayu, Ujungpangkah, Dukun dan Panceng.
Tampak hadir jajaran Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Gresik, Pimpinan Daerah Aisyiyah Gresik, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dukun, Pimpinan Cabang Aisyiyah Dukun. Acara dibuka oleh Pimpinan Cabang Aisyiyah Dukun, Zumaroh.
Pengkaderan yang sama sudah sukses diadakan di wilayah kerja tengah yang meliputi PCNA Manyar, GKB, Gresik, Kebomas, Sangkapura dan Duduk Sampeyan.
Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Gresik Ifa Faridah SPdI menyampaikan, DANA 2 digelar untuk membekali Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting dengan ilmu-ilmu keagamaan dan keorganisasian sehingga bisa memimpin organisasi.
”Harapan kami, PDNA Gresik pada periode ini semua Pimpinan Cabang dan Ranting Nasyiatul Aisyiyah lolos pengkaderan formal. Tingkatan pengkaderan formal di Nasyiah adalah DANA 1, DANA 2, DANA 3,” katanya.
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dukun Nafiq MPdI dalam sambutannya menjelaskan, tidak hanya shalat yang bisa mencegah hal-hal keji dan mungkar tapi ikut berorganisasi dan kegiatan sosial merupakan melaksanakan dakwah amar makruf nahi mungkar. Sebab kita tidak bisa melakukan sendiri.
”Nasyiah harus mengubah mindset menjadi mental pemberi bukan penerima, memberi ilmu, memberi infak. Lebih banyak berjuang dengan harta, tenaga, pikiran, dan jiwa demi meningkatkan derajat diri kita,” tandasnya.
Dia berharap agar DANA 2 ini mampu mencetak kader yang unggul di segala bidang. ”Selain menghasilkan pemimpin yang unggul untuk regenerasi, juga mampu mencetak generasi penerus alias putri-putri yang unggul karena ibunya sering mengikuti pengkaderan,” selorohnya.
Ketua PCA Dukun Zumaroh mengatakan, DANA 2 bisa dijadikan ajang silaturahmi antar cabang, saling mengenal, saling mendukung dan diskusi untuk kemajuan Nasyiah. Bisa bergerak bersama dalam berdakwah.
Di tengah sambutannya, Zumaroh menanyakan keberadaan kader kintilan. “Dari awal registrasi sampai acara mau dibuka, saya kok ndak kelihatan kader kintilan ya? Apa ditinggal di rumah?,” katanya disambut tawa hadirin.
Kader kintilan itu maksudnya bayi dan anak-anak aktivis Nasyiah yang biasanya dibawa di setiap kegiatan. Kali ini hanya tampak beberapa anak saja. ”Mungkin masih di sekolah atau di rumah, nanti malam pasti rame kader kintilan di sini,” ujar Zumaroh lagi.
Dia menegaskan, jangan jadikan urusan dapur menjadi penghalang untuk berjuang. Sebelum pergi ber-Nasyiah, terlebih dahulu siapkan keperluan suami dan anak-anak. Bila perlu ajak anak-anak agar tumbuh semangat dakwah sejak kecil. ”Urusan rumah tangga dan organisasi harus sama-sama dikerjakan,” pesan Zumaroh. (Afi)
Discussion about this post