
PWMU.CO – Tegar. Itulah satu kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Aulia Dwi Anggraeni. Meski baru berusia 12 tahun, tapi siswa kelas VI SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik itu berani (ikut) memandikan ibunya, Sulastri, yang meninggal dunia, Jumat (4/5/18).
Sulastri wafat saat Aulia sedang mengikuti les IPA sebagai persiapan hari terakhir USBN. Karena itu dia baru tahu satu jam setelah ibunya menghembuskan nafas terakhir di RS Ibnu Sina Gresik, akibat menderita penyakit paru-paru basah.
Ustadzah Hanifiatus Samhah, SPd—wali kelas VI Ali bin Abu Thalib yang sejak jenazah datang dari RS sampai pemakaman selalu mendampingi Aulia—-mengungkapkan bahwa siswanya itu begitu tegar.
Bahkan saat ikut memandikan jenazah ibunya bersama keluarga dan tetangga, tidak ada rasa rasa canggung sedikit pun. “Ia begitu tabah saat menyiramkan air di tubuh ibunya. Tidak ada air mata yang keluar,” ujarnya, menirukan cerita tetangga Aulia yang ikut memandikan jenazah ibunya.
Kepala SD Muhammadiyah 2 GKB Muhammad Nor Qomari SSi sempat menyaksikan wajah tegar Aulia saat ia keluar dari tempat pemandian jenazah saat mengambil sarung.
“Saya yang hanya berjarak satu meter dari keranda pemandian jenazah bisa mendengar setiap instruksi ibu-ibu pada Aulia, termasuk saat kehabisan kain jarik. Ibu-ibu meminta Aulia untuk mengambilkan sarung dan dia segera keluar dari tempat pemandian itu. Saya lihat wajah Aulia tegar sekali,” tuturnya.
Kepada PWMU.CO, Sabtu (5/5/18) usai mengikuti USBN di sekolah, gadis kelahiran Gresik, 7 Juli 2006, itu mengatakan, tidak ada yang menyuruh dia ikut menyucikan ibunya.
“Sempat juga kakak ikut, tetapi beberapa saat kemudian langsung keluar karena tidak tega,” ujarnya menceritakan Ayu Cahyaningrum, kakaknya yang kuliah semester empat di salah satu perguruan tinggi di Surabaya.
Aulia sendiri mengakui terharu sekaligus bahagia saat ikut memandikan ibunya itu. “Saya melihat wajah ibu tersenyum,” ucapnya.
Bagi Aulia, Sulastri, adalah sosok ibu sekaligus bapak. Sejak ditinggal wafat ayahnya empat tahun lalu, ibunyalah yang menggantikan sosok ayah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah. (Ichwan Arif)
Discussion about this post