PWMU.CO-Kegiatan Baitul Arqam rupanya terus digalakkan. Tak hanya di tingkat wilayah, tetapi juga sampai daerah. MPK Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pacitan missalnya, juga menggelar kegiatan pengkaderan tersebut. Dirangkai dengan kajian Idiopolitor, kegiatan dilaksanakan di Gedung Dakwah Muhammadiyah Pacitan selama dua hari, mulai Sabtu hingga Minggu, 5-6 Mei 2018.
Selain kajian idiopolitor, berbagai rangkaian kegiatan pengkaderan dilakukan selama kegiatan, termasuk kegiatan qiyamul lail (shalat tahajjud). Menariknya, kegiatan qiyamullail ini mendapat perhatian dari tokoh-tokoh Muhammadiyah. Bahkan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pacitan, Suprayitno Ahmad sendiri datang untuk memimpin shalat pada peserta Baitul Arqam.
Kegiatan qiyamullail juga disambut oleh para peserta Baitul Arqam sendiri. Mereka pun sudah bangun sejak pukul 03.00 Wib dini hari untuk melaksanakan shalat sunnah yang dicontohkan oleh Rosulullah SaW tersebut. Shalat malam dilakukan dengan imam Suprayitno Ahmad,dilanjut dengan shalat subuh berjamaah.
Tak berhenti di situ, ba’da subuh diisi dengan kegiatan tausyiah dari Suprayitno. Dalam tausyiahnya, Suprayitno menguraikan bagaimana manusia memperoleh hidayah. “Memberi petunjuk dan menyesatkan itu hak prerogratif Allah Swt,” kata Suprayitno Ahmad .
Lebih lanjut, Suprayitno menguraikan besarnya pahala ibadah tertentu. Seperti sholat jamah isyak berjamaah dilanjutkan subuh berjamaah, pahalanya sama dengan pahala sholat semalam suntuk. “Apalagi kalau dilanjut sholat syuruk, pahalanya sama dengan haji dan umrah,” tegasnya.
Namun syaratnya, lanjut tokoh Muhammadiyah yang masih aktif di PGRI ini, harus disertai dengan niat yang betul. “Kita mengikuti baitul arqam ini karena niat ditugaskan saja oleh kepala sekolah ataukah dalam rangka ibadah? Niat inilah yang menentukan pahala kita,” katanya mencontohkan.
Selanjutnya, tambah dia, syarat yang kedua adalah ikhlas. Sambil mengutip pendapat dari Ibnu Qoyim, dia menyampaikan ada tiga bentuk ibadah, yaitu liraja’ (mengharap sesuatu), lilkhoufi (karena takut), dan lilmardhotillah. “Niat yang ketiga inilah yang disebut ikhlas itu,” jelasnya.
Gambaran niat ibadah ini seperti dalam syair ‘nakal’ Abu Nawas, disebutkan saat berdoa bahwa sepertinya dia bukan ahli syurga, tetapi tidak kuat kayaknya kalau harus tinggal di neraka.
Untuk itu, dirinya menyarankan semua peserta Bairul Arqam untuk menata niat dari awal.Yakni, mengikuti kegiatan Baitul Arqam mestinya bukan hanya karena sekedar diperintah oleh kepala sekolah atau madrasah, atau karena ingin mendapat sertifikat. “Tapi cari niat yang lebih baik, yakni untuk ridha Allah,” sarannya.
Di akhir ceramahnya, dia kembali berpesan pada peserta untuk istiqomah baca al Qur’an satu hari satu juz, shalat lail, datang awal saat sholat jamaah. “Jangan masbuk terus,” katanya disambut tawa jamaah. (isa ansori)
Discussion about this post