
PWMU.CO – Suasana aula Masjid Agung Gresik mendadak haru saat enam anak TK Aisyiyah 36 Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar Gresik membacakan puisi Teacher dalam acara perpisahan kelompok B, Sabtu (5/5/18).
Puisi berbahasa Inggris yang menceritakan kilas balik kesabaran guru TK dalam mendidik siswanya selama dua tahun membuat hening tamu undangan yang hadir sejak awal puisi dibacakan.
To a special my beloved teacher TK Aisyiyah 36
Teacher, you are my hero
you always love your student
you don’t expect anything in return
and do everything sincerely
without you, we are nothing
patiently you teach me how to write letter by letter
you make learning easy
your lesson are fun too
because you, we can know many things
(Untuk guruku tercinta TK Aisyiyah 36
Guru, kau adalah pahlawanku
kau selalu mencintai muridmu
kau tidak mengharapkan imbalan apapun
dan melakukan semuanya dengan tulus
tanpamu, kami bukan apa-apa
dengan sabar, kau mengajariku menulis huruf demi huruf
kau membuat belajar menjadi mudah
pelajaranmu juga menyenangkan
karenamu, kami bisa tahu banyak hal).

Seluruh tamu yang hadir tampak hanyut dalam puisi karya Lia Anggreini itu. Mereka seperti tersihir suara enam anak yang terdengar menenangkan itu. Mereka kemudian melanjutkan puisinya.
Although we do not understand
often can make you angry
you wait with patience
without asking quit teaching to us
i am happy, you are my teacher
you are awesome teacher
after two years we have together
we have been through beautiful memories together
now, it’s time for us to be a part
we will go out from kindergarten
to continue in the elementary school
to reach our dream and toward better future
(Meski kami tidak mengerti
sering membuatmu marah
kau menunggu dengan sabar
tanpa meminta berhenti mengajar kepada kami
aku senang, kau adalah guruku
kau adalah guru yang luar biasa
setelah dua tahun kita bersama
kita telah melalui kenangan indah bersama
sekarang, saatnya kita untuk berpisah
kami akan meninggalkan taman kanak-kanak
untuk melanjutkan ke sekolah dasar
untuk menggapai impian kamindan menuju masa depan yang lebih baik).
Suara mereka terdengar bergetar saat membacakan puisi tersebut. Sementara para undangan tertegun mendengarnya. Bahkan, sebagian besar mereka sempat meneteskan air mata. Mereka terlihat mengambil tisu dan mengusap matanya yang membasah.
Sejenak, anak-anak terdiam, kemudian melanjutkan membaca lagi bagian akhir puisinya.
Teacher, we always be remember all the wonderfull memories with you
spend time to learning without being tired
i will always remember your advices
i will always remember your services
you mean so much to me
thank you my teacher
thank you for all that you give
(Guru, kami selalu ingat semua kenangan indah denganmu
menghabiskan waktu untuk belajar tanpa lelah
aku akan selalu mengingat nasihatmu aku akan selalu mengingat didikanmu
kau sangat berarti bagi kami
terima kasih guruku
terima kasih atas segala yang telah kau berikan)

Puisi tersebut membuat semua guru membayangkan bagaimana awal anak-anak masuk sekolah, belajar di kelompok A, kemudian naik kelompok B. Orangtua pun terisak haru usai pembacaan puisi tersebut.
Perwakilan wali murid kelompok B Suwartono—ayahanda Razan Althaf Ghaisani—yang pada hari itu menyampaikan kesan dan pesan mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para ustadzah yang sudah membekali anak-anak dengan ilmu pengetahuan untuk menyongsong masa depan mereka, menjadi generasi penerus yang akan datang.
“Saya mewakili wali murid, selain bersyukur dan berterima kasih, kami juga mohon maaf anak kami terutama Razan selama di TK, maaf apabila selama di TK anak kami banyak merepotkan,” ucapnya.
Ia merasa banyak kemajuan yang didapat selama belajar di TK, terutama anaknya. “Sekarang sudah banyak kemajuan, Razan mulai mandiri, mau belajar, berhitung, membaca dan corat-coret,” ujarnya disambut senyuman para tamu undangan dan wali murid lainnya.
Menurutnya, corat-coret merupakan modal awal untuk mengembangkan kreativitas. Yang penting, lanjutnya, orangtua memfasilitasi anak-anak selama masih dalam batas koridor. “Saya percaya ilmu yang diajarkan kepada anak kami akan menjadi bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Jalinan silaturahmi di antara kita jangan putus sampai di sini,” tegas Camat Cerme Gresik ini.
Ia berharap, TK Aisyiyah 36 PPI lebih maju, berkembang, dan bisa mencetak generasi-generasi penerus yang berkemajuan, berkarakter, dan berkepribadian yang tinggi. “Terima kasih sekali lagi untuk para Ustadzah dan pengurus atas jerih payahnya, semoga menjadi amal baik dan bekal kehidupan selanjutnya serta mendapat pahala yang berlipat-lipat dari Allah,” ucapnya menutup sambutan.

Ditemui di kesempatan lain, Endang Khusniati SE, salah satu ustadzah yang sempat menangis saat pembacaan puisi berlangsung mengaku terharu melihat anak-anak membacakan puisi yang dipersembahkan untuk gurunya. “Pas lihat mereka baca puisi rasanya langsung nyesek, isi puisinya menyentuh hati,” ucapnya kepada PWMU.CO, Senin (7/5/18).
Guru lain, Rehayuni SAg menceritakan kejadian di kelas seusai perpisahan, tentang muridnya yang bertanya kepada mamanya. “Ustadzah, kemarin aku tanya mama, kenapa sih waktu perpisahan ustadzah nangis?” tirunya sambil tersenyum.
Menurut ustadzah Yuni—begitu ia disapa—perpisahan merupakan awal kemandirian anak-anak kelompok B karena setelah ini mereka akan mengenyam pendidikan di sekolah dasar, yang mana pola pembelajaran sudah berbeda. “Kami selaku ustadzah berharap dan berdoa mudah-mudahan dengan bekal yang sudah diterima di TK, mereka mandiri dan mampu mengikuti pola pembelajaran di SD,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Lia Anggreini SPd. “Sedih dan bahagia campur jadi satu. Seperti baru kemarin belajar dan bermain bersama mereka, sekarang sudah melepas mereka,” ucapnya. Ia mengatakan, suatu saat akan teringat dan merindukan mereka. (Anik)

Discussion about this post