
PWMU.CO-Terduga teroris itu setan dalam wujud manusia. Alasanya sederhana karena manusia yang sholeh itu boleh disebut manusia. Manusia jahat, brutal, tidak berperikemanusiaan bisa disebut setan. Golongan jin yang sholeh disebut jin, kalau jahat disebut setan. Agama apapun tidak membenarkan perangai jahat yang diperagakan manusia untuk menyusahkan orang lain.
Hal tersebut disampaikan Pengasuh Tetap Kajian Senin Malam Selasa (SMS), Ustadz H Sjar’i Muzammil saat memberikan tausyiyah dalam pengajian di masjid al Muhsinin, Kampung Inggris Pare, Senin (14/5/2018). Menurut Muzammil, dalam tafsir Ibn Katsir ayat (6) surat An-Nas disebutkan setan dari jenis manusia dan jenis jin selalu membumbui kata-kata indah, jika kawannya melakukan tindakan jahat. “Padahal buaian kata indah, angan angan yang melambung tinggi, untuk mengharapkan surga adalah sebuah sebuah tipu daya, agar setan memiliki kawan sebanyak banyaknya untuk disesatkan,” jelas dia.
Ayahanda dari Kepala MI Muhammadiyah 1 Pare Kediri ini menambahkan, setan dalam wujud manusia itu paling membahayakan, karena antara raut wajah dan isi hatinya bertolak belakang. Allah Swt menyuruh Nabi Muhammad Saw sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya dalam surat an Naml ayat (69): “Berjalanlah kamu di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa”. “Perintah ini pada Nabi Muhammad Saw, berarti pada ummatnya juga,” jelas dia.
Dirinya berani memastikan bahwa orang berdosa itu hidupnya tidak bisa tenang, dan jauh dari kedamaian. “Andaikata saya pejabat yang me

nangangi terduga teroris, maka akan saya ajukan pertanyaan, qul haatuu burhaanakum ing kuntum shoodiqiin (tunjukkan kepadaku bukti alasannya ,jika kamu orang yang benar). Pasti, tambah dia, mereka tidak dapat menunjukkan alasan yang tepat,” tandas Sjar’i Muzammil yang telah mengasuh kajian SMS selama 28 tshun.
Dia berpesan agar memperhatikan sifat dan gerak gerik serta ucapan mereka, persis seperti yang disampaikan Allah Swt dalam al Quran surat al Baqarah ayat (11): “Dan apabila dikatakan pada mereka, janganlah berbuat kerusakan di bumi, mereka menjawab, sesungguhnya kami justru orang orang yang melakukan kebaikan”. “Munculnya kerusakan di bumi, di daratan dan lautan, telah diprediksi al Qur’an surat Ar Rum ayat (41),” terang dia.
Mengakhiri kajian SMS yang akan dihentikan selama ramadan 1439 H, dan akan hadir kembali setelah idul fitri, Sjar’i Muzammil memperjelas yang dimaksud rusaknya daratan itu ditandai terbunuhnya banyak manusia, dengan cara berjibaku mengadakan aksi bom bunuh diri, yang pada intinya akan menjadi sebab banyak terbunuhnya manusia, tanpa melalui proses kematian wajar. (dahlansae Pare)
Discussion about this post