
PWMU.CO – Ratusan orang duduk rapi dengan alas terpal di halaman Masjid Al Muttaqin, Dusun Barat, Desa Klotok, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Selasa (15/5/18) malam. Di depan mereka terpasang layar lebar.
Malam itu memang spesial. Satu hari menjelang Ramdahan 1439, warga Muhammadiyah setempat disuguhi tontonan menarik: film Sepatu Dahlan.
Mereka terdiri dari anggota Pimpinan Ranting Muhammadiyah Desa Klotok beserta organisasi otonomnya, yaitu Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah Ikatan Pelajar Muhammadiyah, serta guru dan santri TPA Al Ikhlas Dusun Barat Desa Klotok.
Adalah Siti Maysaroh SPd—anggota Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah Balongpanggang—yang punya ide nonton bareng (nobar) itu.
Ide itu mendapat apresiasi dari Ketua Takmir Masjid Al Muttaqin, Nur Kusen. Dia bangga dengan gagasan Maysaroh itu. “Semoga dengan kegembiraan ini membuat kita lebih bersemangat menyambut bulan Ramadhan,” ujarnya.
Dalam sambutan menjelang pemutaran film, dia juga berpesan agar warga yang hadir malam itu bisa bersemangat menunaikan ibadah di bulan Ramadhan. “Termasuk beribadah shalat berjamaah di masjid,” ucapnya.
Sebelum film diputar, Maysaroh memberi pengantar tentang pentingnya kerja sama tim. “Kita tidak butuh yang jago tapi butuh yang bisa bekerja sama. Karena sebuah tim tidak perlu orang jago, tapi orang yang mau bekerja sama,” ungkapnya.
Seperti Nasyiah, ujar dia, adalah milik kita bersama. “Nasyiah bukan milik ketua, bukan milik sekretaris, bukan milik bendahara, bukan milik pimpinan cabang. Tetapi milik semua anggota,” tuturnya bersemangat.
Tentang pilihan Sepatu Dahlan, dia mengatakan ingin mengambil semangat meraih cita-cita yang tinggi dari film tersebut. “Film ini menginspirasi kita untuk menggapai cita-cita yang tinggi,” ujarnya tentang film Sepatu Dahlan yang mengangkat cerita masa kecil Dahlan Iskan—seorang wartawan yang kemudian menjadi pengusaha dan tokoh nasional.

Menurut Nor Alita Hana Muf’ida, anggota Nasyiah Dukuh Barat, film tersebut bisa memadukan nuansa budaya Jawa dan religiusitas Islam secara apik. “Film yang bernuansa budaya Jawa dan kental akan religiusitas agama Islam ini sangat menginspirasi. Mencerminkan kehidupan masyarakat sehari-hari dengan bahasa Jawa dan unsur humoris tidak membuat jenuh,” ujarnya.
Kesuksesan nobar disyukuri Liharwati, salah satu anggota Nasyiah dari Dukuh Barat. “Alhamdulillah, acara nobar dapat berjalan lancar, meski sempat gerimis di awal tapi tidak menyurutkan semangat para penonton,” katanya.
Acara nobar ditutup dengan doorprize yang kuponnya telah dibagi sebelum pemutaran filam. Hadiah utama berupa kipas angin diperoleh Muhammad Ilyas dari TPA Al Ikhlas. “Saya senang sekali dapat hadiah kipas angin. Di rumah saya gak ada kipas angin,” ujarnya dengan wajah ceria.
Yang bikin ngakak adalah saat pengumuman pemenang hadiah blender. Sebab Adinda Putri Azzahra, penerima hadiah itu, adalah putri Siti Nurfajri, Sekretaris Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah setempat, yang menyumbangan peralatan dapur tersebut pada panitia. “Hadiah teko ibuke seng oleh anake (hadiah dari ibu yang dapat anaknya),” celetuk Wati, salah satu penonton. (Liza Rahmawati)
Discussion about this post