PWMU.CO – Ketika Ramadhan datang umat Islam terbagi menjadi empat kelompok. Ustadz Hasan Abidin menyampaikan hal itu dalam ceramah tarawih di Masjid At Taqwa, Wisma Sidojangkung Indah, Menganti, Gresik, Jumat (18/8/18).
Kelompok pertama adalah rabbaniyyun. Yaitu umat Islam yang sebelum Ramadhan datang sudah taat. Dan lebih taat lagi ketika mereka memasuki bulan suci itu.
“Rabbaniyyun itu adalah orang-orang atau kelompok orang yang di dalam Ramadhan, di luar Ramadhan, tetap orang alim. Ibadahnya bagus. Belum masuk Ramadhan ibadahnya sudah bagus, masuk Ramadhan apalagi. Dan keluar Ramadhan tetap bagus. Ini namanya rabbaniyyun, pengikut Allah, pengikut Rabb,” ungkapnya.
Menurut Hasan, kelompok seperti itu jumlahnya tidak banyak. “Buktinya apa? Buktikan saja dengan jamaah shalat Subuh. Tidak banyak orang seperti ini, tapi kelompok ini ada. Luar biasa senangnya dengan kehadiran Ramadhan,” urainya.
Kelompok kedua adalah ramadhaniyyun, yaitu pengikut Ramadhan. Cirinya, sebelum masuk bulan suci itu, kelompok ini kurang taat beribadah. “Sebelum masuk Ramadhan, kurang-kurang ajar titik. Shalat yo sak karepe. Kober shalat gak kober yo gak shalat. Poso yo alhamdulillah, gak blas. Terus shalat berjamaah yo begitu itu. Shadaqah mudah-mudahan ingat,” ungkap Hasan dengan bahasa Suroboyoan campur bahasa Indonesia.
Tapi begitu masuk bulan Ramadhan menjadi taat sekali. “Masyaallah alim, uaaliim. Coba, penuh masjid. Puasa juga. Luar biasa. Shadaqahnya juga bagus. Ia tahu keutamaan Ramadhan. Luar biasa. Sebelum masuk Ramadhan ndak bagus sekali. Keluar Ramadhan kumat. Nggak bagus lagi. Memang senengnya Ramadhan thok. Ibarat orang masuk Ramayana kalau ada diskon thok. Gak diskon yo gak budal,” jelas dia yang disambut tawa jamaah. “Gembira saat Ramadhan saja, keluar Ramadhan ya sudah, hilang.”
Kelompok ketiga adalah orang yang lulus madrasah Ramadhan atau annajah. “Sebelum Ramadhan agak kurang ajar, ora karu-karuan, masuk Ramadhan menjadi alim, keluar masih sedikit alim. Isek ono karene. Ini kalau masuk Ramadhan 30 atau 29 hari penuh. Keluar Ramadhan ya masih ada lah sedikit-sedikit (jamaah Isya),” kata Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gresik ini.
“Senengnya bulan Ramadhan bisa memberi takjil orang lain. Di luar Ramadhan masih kasih makan orang lain. Amalan-amalan Ramadhan lanjut meski tak sesempurna saat Ramadhan,” tambahnya.
Kelompok keempat adalah orang-orang yang di luar Ramadahn dan di dalam Ramadhan tidak ada bedanya. “Susah beribadah di luar Ramadhan, apalagi di dalam Ramadhan. Di luar Ramadhan, maaf, tidak taat Allah di dalam Ramadhan juga tetap tidak taat,” kata dia.
Hasan lalu memberi contoh percakapan dua remaja di warung kopi, sehari menjelang datangnya bulan Ramadhan. Salah satu remaja itu mengingatkan bahwa besok sudah masuk bulan puasa. Tapi apa jawab temannya? “Mas poso iku bulane.”
Hasan juga berkisah saat dia berangkat ke masjid untuk shalat jamaah Subuh. Ternyata saat melewati tambak sudah ada orang-orang yang mancing ikan sambil merokok. Padahal ini sudah bulan Ramadhan.
Menurut Hasan, saat ini banyak orang yang tidak lagi malu-malu menunjukkan diri saat tidak berpuasa. Berbeda dengan saat dia masih kecil dulu. “Benar kata ‘Idza lam tastahi fasnak ma shikta‘. Apa kata Rasul, dalam bahasa kasar Suroboyoan, “Kon nek gak duwe isin karepmu lakonono (Jika engkau tidak malu, maka lakukanlah apa yang engkau mau).‘,” kata Hasan mengutip hadits Bukhari-Muslim.
di akhir ceramahnya, Kepala SMA Muhammadiyah 8 Cerme Gresik itu mengajak jamaah menentukan sikap. “Jamaah sekalian, sekarang tinggal kita. Mau pilih yang mana. Tentukan mulai di awal Ramadhan ini. Agar Ramadhan ini menjadi sesuatu yang berarti bagi kita,” pesannya.
Dia berharap, agar umat Islam dalam menjalani puasa Ramadhan bisa lebih baik. “Apapun keadaan kita sebelum Ramadhan dan setelah ditempa di dalam Ramadhan, maka ketika kita keluar dari Ramadhan setidaknya kita menjadi lebih baik dari sebelum Ramadhan,” tuturnya (MN)
Discussion about this post