PWMU.CO-Kegiatan kultum tarawih di masjid Ruqoyyah Tawang Sumberbendo Pare Kediri, terus diadakan tiap malam selama bulan ramadhan. Penceramah yang mengisi acara kultum didatangkan berasal berbagai daerah, termasuk dari Nangroe Aceh Darussalam. Pada kultum tarawih Ahad (19/5/2018), acara kultum diisi oleh seorang mahasiswa asal Nangroe Aceh Darussalam, Ustadz Ashadi.
Di hadapan jamaah, mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim yang kebetulan tinggal sementara di Pare untuk mendalami bahasa Inggris ini menyampaikan esensi cara menggapai kebahagiaan dunia akhirat. Dikatakan, satu-satunya cara bisa menggapai kebahagiaan hanyalah dengan mengikuti perintah Sang Pencipta. “Karena Dialah pemilik kebahagiaan,” tutur Ashadi serius.
Selain memberikan ceramah kultum, Ustadz Ashadi yang baru 10 bulan tinggal di kampung Inggris Pare, juga diberi amanah jadi imam tarawih di masjid lingkungan MTs Muhammadiyah Pare pada ramadan 1439 H ini. Layaknya mubaligh yang sudah punya jam terbang tinggi, Ashadi banyak mengutip ayat-ayat al Quran dikaitkan dengan kondisi sekarang untuk semakin meyakinkan jamaah. Salah satunya dengan mengutip al Quran surat Thaha ayat (124).
“Siapa saja yang berpaling dari peringatan Ku (Allah Swt), yaitu menentang apa saja yang Kuturunkan kepada rasul-rasul Ku, lalu berpaling darinya, kemudian melupakan, malah mengambil petunjuk lain, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,” kata Ashadi mengutip arti ayat al Quran surat Thaha ayat (124).
Disampaikan, makna dari kehidupan dunia sempit adalah tidak ada tidak ada ketenangan, dadanya tidak lapang, bahkan terasa sesak akibat kesesatan yang mereka pilih dalam kehidupan, Walaupun, lanjut dia, tampak dari lahiriyahnya mereka hidup bergelimang harta, berpakaian borjuis, makanan apa saja bisa mereka beli, tempat tinggal mereka bak hotel berbintang.
Pendek kata, tambah dia, semua kebutuhan tercukupi. Namun pada hakikatnya, hatinya tidak memiliki keyakinan, tidak memiliki iman untuk dijadikan pegangan hidup, bahkan selalu dalam kecemasan, khawatir, bimbang dan ragu dan terus tenggelam dalam keraguan. “Maka merekalah yang berpredikat mendapatkan penghidupan sempit,” jelas dia.
Untuk itu, dirinya mengajak jamaah untuk memanfaatkan moment bulan ramadhan ini untuk instrospeksi diri dan melakukan perbaikan ke depannya. Dikatakan, dalam bulan ramadan yang mulia, diperuntukkan untuk orang orang beriman yang mulia, dari Robbnya yang mulia, maka hanya kemuliaan yang diperolehnya.
Dia juga berpesan bahwa pada dasarnya hidup sempit itu bisa dianulir, tinggal manusia mau atau menolak. Salah satu cara agar mendapatkan hidup lapang, kata dia, adalah dengan istiqomah hati terhadap tauhid. Apabila hati telah istiqomah, maka makrifatullah, rasa takut kepadaNya, mengagungkan dan mencintai Nya, berdoa kepada Nya, dan tawakal sepenuhnya kepada Allah. Seluruh anggota badan akan taat kepadaNya. “Alasannya adalah karena hati itu raja sedang anggota badan adalah prajuritnya. Jika rajanya berlaku benar, maka prajuritnya akan menirukan perilaku bertindak benar,” tutur dia.
Mengakhiri kultum ustadz yang memiliki hafalan ayat al Quran cukup banyak itu, mengutip hadits Rasulullah saw : “Ketahuilah di dalam badan terdapat segumpal darah, jika ia baik, maka semua anggota badan akan baik , tetapi jika rusak maka semua anggota badan akan rusak, ketahuilah segumpal darah itu adalah hati,” kutip Ashadi dari sebuah hadits untuk memberikan oesan pada jamaah sebelum mengakhiri kultumnya. (dahlansae Pare)
Discussion about this post