PWMU.CO-Lulus dari Baitul Arqam di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (SMP Musasi) ternyata tidak cukup mengikuti selama pelaksanaan tapi juga menjaga kerapian ruang termasuk tempat tidur.
Hal itu dikatakan Ahmad Fadlulloh SPdI, Master of Trainer (MT) Baitul Arqam Putra SMP Musasi bakda shalat Subuh, Ahad (3/6/2018).
“Untuk lulus tidak hanya mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Baitul Arqam selama tiga hari dua malam, namun juga harus merapikan kamar tidur sebelum pulang kembali ke rumah masing-masing,” ujarnya.
Di hadapan 154 peserta yang mengikuti kegiatan sejak Jumat, Pak Aad, panggilannya, menyampaikan pesan tersebut pada para peserta sebelum mereka berkemas menuju kamar tidurnya.
“Panitia memeriksa satu-persatu kamar tidur tiap kelompok. Kamar tidur keadaannya harus bersih sama dengan ketika para peserta masuk pertama kali,” ujar Aad mewanti-wanti.
Jika masih ada baju atau peralatan yang tidak dirapikan, kata Aad, maka seluruh siswa dalam kelompok itu dinyatakan tidak lulus. Para peserta yang mayoritas berasal dari kelas 7 itu pun dengan seksama memperhatikan.
Instruksi dari guru Al Islam itu ternyata diindahkan. Tujuh ruang kelas yang disulap menjadi kamar tidur para peserta tampak rapi. Tidak tampak perabotan, baju, dan sandal yang sebelumnya mewarnai isi ruangan. Mereka juga tepat waktu saat datang di hall lantai tiga untuk mengikuti penutupan kegiatan dan pembagian sertifikat.
Kepala SMP Musasi Drs Aunur Rofiq MSi saat penutupan acara menyampaikan rasa bangganya pada seluruh peserta Baitul Arqam. Menurutnya, para peserta telah melaksanakan Tandur saat mengikuti kegiatan pengkaderan.
“Apa itu Tandur?” tanyanya. Pertama, kata Rofiq adalah tumbuhkan, kemudian alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.
Mantan guru Smamda itu lalu mengajak para peserta untuk kembali mengingat salah satu materi dalam Kepribadian Muhammadiyah. Rofiq kemudian meminta para peserta yang awalnya duduk untuk berdiri.
“Apa itu Muhammadiyah? Muhammadiyah adalah gerakan Islam, amar makruf nahi munkar,” ujar Rofiq yang ditirukan para peserta dengan gerakan tangan yang bergantian memegang kepala, mata, hidung, hingga membentuk simbol tangan mendekap dada yang berarti masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Gerakan tangan yang diciptakan mantan Ketua Majelis Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sidoarjo itu tidak lain bentuk dari mendemonstrasikan pengertian Muhammadiyah agar mudah dipahami para peserta Baitul Arqam.
Dalam penutupan itu, Rofiq juga berharap pada para peserta ke depannya ada yang menjadi pimpinan persyarikatan mulai dari level ranting, cabang, hingga wilayah dan bahkan menjadi pimpinan pusat Muhammadiyah.
Dalam kegiatan yang berlangsung tiga hari dua malam itu, sebanyak 154 siswa dinyatakan lulus, dua lainnya mengulang dikarenakan sakit sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan dengan tuntas. (Das)
Discussion about this post