PWMU.CO – Bait al-Hikmah kembali meluluskan puluhan santri program Tahfidh Quran Tematik (TQT) pada gelaran munaqasah, Ahad (3/6). Digelar di area Sengkaling Kuliner, sebanyak 29 santri mengikuti ujian terbuka di hadapan wali santri dan tamu yang hadir.
Kedua puluh sembilan santri tersebut berasal dari tiga program berbeda. Delapan santri merupakan santri kelas regular, sementara 22 lainnya merupakan santri kelas TQT Tadarrus Ramadhan bersama Bait al-Hikmah (Tarbiyah) yang terbagi menjadi dua kategori, yakni peserta dewasa dan anak.
Santri regular yang lulus ialah mereka yang telah menyelesaikan tiga belas tema kisah dalam berbagai surat di al-Quran selama empat semester. Sementara santri program TQT Tarbiyah ialah mereka yang mengikuti program singkat selama 10 hari dan menghafalkan tiga tema, yakni kisah Nabi Yunus, Nabi Zakaria, dan Maryam.
Dalam sambutannya mewakili ketua pelaksana, Amiruddin Dardiri menyatakan dari 20 orang peserta dewasa, 15 peserta dinyatakan lulus. “Diharapkan peserta TQT Tarbiyah Ramadhan ini nantinya bisa lanjut mengikuti Training of Trainer, sehingga ada kaderisasi tutor TQT,” harap Amir.
Sementara itu, ketua Bait al-Hikmah, Pradana Boy ZTF menilai secara perlahan tapi pasti, metode TQT mulai dikenal masyarakat lebih luas. Hal ini tampak dari heterogenitas santri TQT Tarbiyah. “Ada mahasiswa, ada pekerja kantoran, bahkan guru. Ini artinya TQT mulai dikenal secara lebih luas,” ujar Pradana yang juga kepala Pusat Studi Islam dan Filsafat UMM ini.
Suasana haru menyelimuti area Sengkaling Kuliner saat prosesi penyematan mahkota oleh santri kepada orangtuanya. Mahkota berwarna emas tersebut merupakan simbol bahwa seorang penghafal al-Quran akan menghadiahkan mahkota emas pada orang tuanya di akhirat kelak.
Momen penyematan mahkota ini tak pelak membuat hadirin meneteskan air mata haru sekaligus bangga. Pasalnya, anak-anak mereka mampu menjawab pertanyaan tentang hafalan ayat sekaligus makna ayat yang ditanyakan. Pelukan hangat orangtua kepada anak mengiringi prosesi ini.
Momen ini juga sekaligus menjadi refleksi dan motivasi agar orang tua dan anak tak lelah dalam mempelajari al-Quran. Perintis metode TQT, Lailatul Fitriyah az-Zakiyah pun berkisah tentang beratnya seorang penghafal al-Quran.
“Ujian dan godaan seorang penghafal al-Quran sangat berat. Semoga kita semua diberikan kemudahan oleh Allah untuk selalu menjaga hafalan al-Quran dalam kepala kita dan tak lelah mempelajarinya,” tutur Ella, sapaan karibnya sembari sambil meneteskan air mata.
Munaqasah atau ujian terbuka dimaksudkan sebagai bentuk ujian terbuka bagi seluruh santri tentang ayat-ayat yang dihafalkan selama masa pembelajaran. Metode TQT memiliki ciri khas hafalan dengan metode tematik dan bukan berdasarkan urutan surat atau juz dalam al-Quran.
Sebagai contoh, santri akan menghafal kisah Nabi Yunus yang terdapat dalam beberapa surat di al-Quran. Tak hanya menghafal, tagline TQT “Hafal dan Paham” menjadi motivasi agar santri juga memahami makna dan kisah dari ayat yang dihafalkan tersebut. (isna)
Discussion about this post