
Hidayatullah saat kuliah Subuh di Masjid An Nur, Sidoarjo.
PWMU.CO-Merujuk surat Al Baqarah : 185, Alquran mempunyai dua fungsi. Pertama sebagai hudan atau petunjuk yang dilengkapi dengan penjelasannya. Kedua, sebagai furqan, pembeda antara yang haq dan batil.
Hal itu disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Hidayatullah MSi saat memberi kuliah Subuh di Masjid An Nur Muhammadiyah Sidoarjo, Rabu (6/6/2018).
Fungsi Alquran sebagai petunjuk lengkap dengan penjelasannya, sambung dia, dicontohkan dalam surat Ar Rahman ayat 33 yang artinya, wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).
“Dalam ayat ini Allah menantang jin dan manusia untuk melintasi langit dan bumi, selain itu Allah menjelaskan bahwa jin dan manusia tidak akan pernah bisa melintasinya kecuali dengan sulthan,” tegas wakil ketua Majelis Dikdasmen PWM Jatim ini.
Pertanyaannya adalah apa itu sulthan? Menurut dia, pertama, sulthan itu bisa diartikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap hari kita melihat langit dan bumi tapi belum menguasai langit dan bumi. Harus punya kemampuan ilmu dan teknologi dengan merancang dan membuat pesawat luar angkasa agar bisa mengarungi jagat raya.
“Namun menguasai langit dan bumi belum cukup hanya dengan bermodal ilmu pengetahuan dan teknologi saja, karena dibutuhkan sulthan kedua, yaitu kekuasaan,” lanjutnya.
BJ Habibi, tambah dia, sudah bisa menciptakan pesawat tapi kemudian perusahaan gulung tikar. Padahal Habibi sudah merancang agar Indonesia mudah dijangkau dengan merancang pesawat yang sesuai kebutuhan Indonesia, namun kekuasaan belum berpihak kepadanya.
Kekuasaan belum berpihak kepada pengelolaan sumber daya alam. Kekuasaan yang dimaksudkan, kata Hidayatullah, adalah pemerintahan. Secara formal kekuasaan dibagi dalam tiga ranah yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.
“Jangan biarkan umat Islam tidak memiliki ghirah positif terhadap politik. Jangan sampai umat Islam mengabaikan suasana politik tahun 2018 dan 2019, karena semua itu berdampak pada sulthan, yang pada ujungnya menyangkut nasib umat,” terang Hidayat yang juga pernah menjadi kepala Smamda Sidoarjo.
Fungsi kedua sebagai furqan atau pembeda diterangkan dalam surat At Taubah ayat 67-68 tentang karakteristik orang munafik yang bisa dibandingkan dengan At Taubah 71-72 tentang karakteristik orang beriman.
Menurut ayat itu, Hidayat menerangkan, orang munafik laki-laki dan perempuan saling membantu menyuruh kepada yang munkar dan mencegah kepada yang makruf, tangannya mengepal (kikir), mereka lupa kepada Allah dan Allah lupa kepada mereka. Orang munafik selalu berbuat kerusakan. Akibatnya Allah membalas orang dengan neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya.
Berbeda dengan karakteristik orang mukmin. Orang mukmin laki-laki dan perempuan saling menguatkan, senantiasa mengajak pada kebaikan, mencegah pada kemungkaran, mendirikan shalat, membayar zakat, mereka memberikan sebagian rezeki yang diberikan Allah, menaati Allah dan Rasulnya, mereka disayang oleh Allah. Akibatnya Allah akan membalas orang mukmin dengan surga adn, mereka selalu mendapatkan keridloan Allah, mereka sangat beruntung.
“Itulah maksud furqan, Alquran membandingkan karakteristik orang munafik dengan orang mukmin secara diametral, bertolak belakang. Juga dijelaskan akibat yang akan diterima kelak,” pungkas Pak Dayat. (R6)