PWMU.CO-Halal bihalal bisa menjadi pembahasan politik yang hangat bagi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Kamis (21/6/2018). Topiknya membicarakan pencalonan Drs Nadjib Hamid MSi sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk Pemilu 2019.
Nadjib Hamid menyatakan, sebenarnya tidak berminat maju DPD namun mengikuti arus bawah yang menggebu-gebu menginginkan dia terjun ke ranah politik. ”Saya di-jungkrak-kan sama Pak Jainuri. Sejak awal saya tidak punya minat, karena kalau terjun ke politik harus punya passion, sedangkan saya tidak punya,” tutur pengurus Badan Pembina Harian (BPH) Umsida ini.
”Tapi ada kehendak arus bawah yang luar biasa, dimulai dari pengumpulan KTP yang kebanyakan dihimpun oleh ibu-ibu,” imbuh wakil ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur ini.
Singkat cerita, akhirnya Nadjib menerima pencalonan DPD tersebut dengan niat ingin membawa perubahan pada negeri ini. Karena itu ia menagih janji semua amal usaha Muhammadiyah (AUM) se- Jawa Timur untuk terlibat aktif dalam Pemilihan 2019 nantinya.
Nadjib mengatakan, menjadi pemimpin adalah momentum dalam menciptakan sejarah yang tentunya bisa memperluas dan mempercepat gerakan Muhammadiyah. ”Saat inilah momentum untuk memperluas Muhammadiyah, menambah anggota baru, agar gerakan Muhammadiyah bisa lebih luas, lebih cepat,” ungkapnya pada pejabat struktural dan tenaga kependidikan Umsida.
Ketua BPH Umsida Prof Achmad Jainuri membahas lebih jauh kenapa harus Nadjib Hamid yang diajukan menjadi DPD. Salah satu alasan karena dia menguasai banyak hal. ”Mas Nadjib itu multifungsi,” tuturnya membalas pernyataan Nadjib.
”Kenapa di-jelongkrok-kan? Dipaksa untuk mau masuk politik. Modal utama menjadi pemimpin itu integritas. Di Muhammadiyah kita dididik integritas, kompetensi. Mas Nadjib ini potongan tahan banting, bisa bekerja keras 24 jam,” imbuhnya diiringi tepuk tangan seluruh civitas akademika.
”Makna filosofis mengapa harus ada orang Muhammadiyah di dalam politik, harapannya akan ada perubahan-perubahan. Kalau DPD dan MPR tidak diisi dengan orang yang punya kualitas, jadinya ya seperti sekarang ini,” tutur Jainuri yang juga wakil ketua PWM Jatim ini.
”Modal isine tas, bikin kaos gambar Mas Nadjib dibagi-bagikan, gak bisa kita seperti itu. Modal kita ini keyakinan, kompetensi dan kekuatan seluruh amal usaha yang kita miliki ini,” tandasnya. (Dian)
Discussion about this post