
PWMU.CO – Kabar duka itu cepat tersebar melalui media sosial, terutama grup WhatApps. “Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’uun. Telah berpulang ke rahmatullah, Bapak Prof Ahmad Saiful Anam, pagi ini. Semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah swt. Kekhilafan beliau diampuni, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran. Semoga khusnul khatimah,” begitu chat Wakil Ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah (PDM) Bojonegoro, Sholikin Jamik dalam Grup WA PWM-PDM se-Jatim pada pukul 05.24 wib, (12/5)
(Baca: Kenangan Indah Seorang Mahasiswa pada Almarhum Prof Saiful Anam)
Kabar duka ini tentu saja cukup mengejutkan, terlebih bagi mereka yang beberapa hari sebelumnya bertemu dengannya. Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Jatim, Pradana Boy ZTF PhD misalnya, menyatakan sepekan sebelumnya Saiful Anam masih terlihat sehat-sehat saja. “Minggu lalu beliau masih seminar bareng saya di Semarang,” begitu kata Boy. Keduanya bertemu dalam arena “Halaqah Fikih Antiterorisme” yang diselenggarakan Ma’arif Institute di Semarang, (3/5).
(Baca juga: Prof Ahmad Saiful Anam di Mata Kolega)
“PWM Jatim kehilangan seorang tokoh tarjihnya,” begitu tulis Ketua PWM Jatim, DR M. Saad Ibrahim. Ya, dalam perjalanan Muhammadiyah Jatim, nama Saiful Anam memang sangat identik dengan Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT). Sejak kepemimpinan periode 2005-2010, 2010-2015, dan 2015-2020 yang sedang berjalan, namanya selalu tercantum sebagai salah satu Wakil Ketua MTT.
(Baca: Ulama Pesisir Itu Telah Tiada dan Telah Wafat, Anggota Tim Penulis Sejarah Muhammadiyah Jatim)
Lahir di Sidoarjo dari pasangan HM. Farchan Shidddiq-Hj Rochmah Nawawi pada 17 November 1955, Saiful memang tidak pernah jauh-jauh dari masalah ketarjihan. Termasuk saat dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya pada 2008 lalu, bidang kajiannya adalah tentang ilmu fikih. Salah satu cabang keilmuan yang sangat dekat dengan ketarjihan dalam mengambil kesimpulan hukum (istinbaath al-hukm) terhadap sebuah masalah.
Begtu juga perjalanan hidupnya juga tidak jauh-jauh dari Muhammadiyah. Semasa hidup, suami dari Dra Titien Heryuni ini tercatat beberapa kali sebagai pengabdi di lembaga pendidikan Muhammadiyah. Sebelum diangkat sebagai dosen Pegawai Negeri Sipil (PNS) di UIN Surabaya, dia tercatat sebagai guru di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (1980-1985) dan SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (1981-1984). Itu semua dilakukan setelah lulus S-1 di Fakultas Syari’ah Universitas Madinah al-Munawarah pada 1979.
Setelah itu, barulah dia kembali kuliah S-1 di Fakultas Syariah UIN Surabaya dan lulus pada 1989. Kemudian berlanjut lulus S-2 pada tahun 1995 dan S-3 pada 2002 yang sama-sama dijalaninya di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Usia kelulusan inilah Saiful melalang buana dalam mengajar dan mengembangkan beberapa Universitas Muhammadiyah Jawa Timur.
(Baca: Mengenang Setahun KH Mu’ammal Hamidy, Ulama Bersahaja Tempat Bertanya)
Ketika Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSby) membuka Program Pascasarjana, dia tercatat sebagai salah satu pengajarnya. Bahkan pernah menjadi Direkturnya. Begitu juga namanya tercatat sebagai pengajar pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida)
Yang tidak banyak orang tahu, Saiful Anam merupakan tokoh yang tumbuh-kembang dalam tradisi Muhammadiyah. Lahir di urutan ke-9 dari 12 bersaudara, Saiful Anam mendapatkan pendidikan agama dari orangtuanya sendiri hingga membentuk jiwa aktivis. Saudara tertua kedua misalnya, HA. Thobari, merupakan salah seorang yang tidak lepas dari perjalanan SMAM 2 Sidoarjo hingga besar seperti sekarang karena pernah menjadi kepala sekolahnya.
Sementara kakaknya yang lain di urutan ketujuh, Prof Tsurayya Kiswati, juga tercatat sebagai bagian penting dalam Majelis Tarjih PWM Jatim. Begitu juga kakaknya di urutan kedelapan, Ahmad Dzul Himam LC, merupakan ketua PDM Sidoarjo 2010-2015.
Adapun adiknya yang terakhir, Ahmad Dhou’ul Milal, juga sebagai Wakil Ketua PDM Sidoarjo 2010-2015. Sementara saudara-saudara lainnya adalah Hj Rifdah sebagai yang tertua, kemudian Hj Milhah (3), Drs Abdullah Afif (4), Hj Fauchiyah (5), H Ahmad Nizhom Lc (6), Hanik Chalawati MPd (10) dan H Ahmad Ro’id (11).
Wafat di RSUD dr Soetomo, almarhum akan dimakamkan di Desa Putat, Tanggulangin, Sidoarjo. Karena dedikasinya pada UIN Surabaya, bahkan pernah diangkat sebagai Wakil Rektor 2005-2008 dan 2008-2011, PTN ini memberi penghormatan terakhir dengan menyalalatkan jenazah almarhum di masjid kampus, Ulul Albab.
Setelah itu, jenazah almarhum baru dibawa ke Tanggulangin untuk dimakamkan. Almarhum meninggalkan seorang istri Titien Heryuni, dan dua anak: Muhammad Faris Adrianto dan Titisari Kusumawardhani. (paradis)
Discussion about this post