PWMU.CO – Parasnya yang cantik dengan balutan jilbab biru tua membuat kulit wajahnya yang putih tampak semakin cerah. Kaos bertuliskan Wanita Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang dikenakannya tak membuat senyum manis hilang saat mengajak bayi di depannya berbicara.
“Silahkan masuk, Mbak,” sapa Ardiana Roza ramah sembari menggendong putri kecilnya ketika Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) berkunjung ke blok hunian 1 tepat di depan kamar ibu dan anak, Jumat (24/8/18).
Roza—panggilan akrabnya—adalah salah satu WBP kasus narkoba yang mengasuh anak di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Kelas 2A Sukun, Malang. Ada tujuh WBP yang bernasib sama dengan Roza dan tinggal bersama dalam satu kamar ibu dan anak.
“Alhamdulillah, saya bersyukur diperbolehkan mengasuh anak sejak lahir. Sehari-hari sama Aqilla—panggilan putrinya—membuat saya tak terasa menjalani masa tahanan,” tutur perempuan asal Kepulauan Riau itu.
Ditemui di ruang konsultasi WBP, dia mengaku asupan gizi dan kebutuhan putri kecilnya tercukupi.
“Pihak lapas sangat ramah pada anak-anak kami. Mulai umur nol sampai dua tahun, kami berhak mendampingi pertumbuhannya. Bahkan imunisasi juga disediakan di klinik lapas. Di sini juga bersih dan nyaman, ndak ada asap rokok. Ndak seperti di Rutan Medaeng dulu,” ujarnya.
Selain mengasuh buah hatinya, Roza menyampaikan pengalamannya menjadi kader kesehatan lapas.
“Setiap hari Selasa dan Kamis pekan pertama, kedua, dan ketiga, kader kesehatan membantu dokter klinik melayani pasien. Mulai dari mencatat WBP yang berobat, hingga memilah dan mendistribusikan obatnya.
Obat yang mengandung kafein, harus diambil langsung dari dokter klinik. Obat yang lain bisa langsung saya berikan ke pos pengambilan,” jelas perempuan 24 tahun ini.
Menurutnya, menjadi kader kesehatan adalah pengalaman luar biasa baginya karena bisa belajar apa saja penyebab keluhan teman-temannya.
“Ya kalo kita sudah tahu penyebabnya kan kita bisa menghindar ya Mbak, agar kita tidak ikutan sakit. Saya juga bisa menjaga Aqilla agar tetap sehat. Trus jadi tahu sedikit-sedikit tentang jenis-jenis obat dan aturan konsumsinya,” ungkapnya.
Kepada PWMU.CO, Roza menceritakan kesedihannya atas masa pengasuhan yang tinggal 1,5 tahun lagi.
“Besok saat Aqilla sudah dua tahun, harus diserahkan pada keluarga. Saya bingung, karena ndak bisa mendampingi pertumbuhannya. Sedangkan saya baru menjalani masa tahanan ini 1,5 tahun sebelum vonis, ditambah delapan bulan di sini,” ucapnya sembari meneteskan air mata.
Dia berharap, kasasi yang saat ini sedang diajukan ke Jakarta, bisa turun secepatnya dengan hasil yang menggembirakan.
“Doakan ya Mbak, semoga saya dapat pengurangan masa tahanan dari yang seharusnya yaitu enam tahun. Biar bisa keluar bersamaan dengan Aqilla,” harapnya sambil menundukkan kepala.
Roza tak pernah menyangka pengalaman pertama menjadi ibu akan dia jalani di lapas.
“Saya menyesal. Selepas keluar dari sini, saya mau cari kerja untuk biaya Aqilla. Saya ndak mau kembali ke lapas lagi, Mbak. Saya mau membesarkan Aqilla biar tumbuh jadi bunga surga, seperti namanya, Aqilla Oktavia Azzahra,” tegasnya. (Ria Eka Lestari)
Discussion about this post