PWMU.CO-Ada enam ciri visi yang efektif yang harus dimiliki sebuah sekolah. Ciri pertama merangsang imaginasi (inspirational), yang sangat diinginkan (desirable), realistik (feasible), fokus (concise and clear), fleksibel, dan yang terakhir adalah mudah diingat (memorable).
Demikian yang disampaikan Muhammad Tarmizi bin Abdul Wahid, trainer dari Irsyad Trust Singapore mengawali paparannya pada acara Training of Trainer (TOT) leadership dan dan Applied English Conversation di Aula Nyai Walida SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Selasa, (25/9/2018).
Visi sebuah sekolah, menurut Tarmizi, harus diketahui tidak hanya oleh seluruh warga sekolah tetapi juga orang tua, stake holder, masyarakat harus mengetahuinya.
Visi sekolah harus jelas, mudah dipahami, sehingga ketika semua warga sekolah, terutama orang tua mempunyai keyakinan penuh untuk menitipkan putra-putri mereka pada sekolah.
“Merangsang imaginasi atau inspirational means if you read your school vision, you will get inspiration,” ungkap pria berkacamata ini. “You can imagine something great that can inspire you,” imbuhnya.
Kedua adalah desirable. Visi harus mengandung sebuah cita-cita yang sangat diinginkan sebuah sekolah. Warga sekolah, orang tua dan stake holder menginginkannya. “Ketika kita menginginkan sesuatu pasti kita akan bekerja dengan sepenuh hati,” terang ayah empat anak ini. Ia juga menjelaskan, hal tersebut juga akan menjadikan guru-guru dan karyawan bekerja dengan passion mereka.
Berikutnya adalah realistik (feasible). “Your vision must be achievable, you can achieve something that you don’t have now, ” terang pria yang bekerja di Safina Foundation ini.
Visi yang realistik akan dicapai dengan sumber daya yang dimiliki sekolah yang didasarkan pada kekuatan sekolah (strength) dan perkembangan sekolah (growth).
Ia memberikan contoh renovasi sekolah. Sekolah hanya memiliki uang Rp 1 miliar, padahal yang dibutuhkan Rp 30 miliar. Bagaimana cara sekolah mencapai hal tersebut merupakan hal yang realistik ketika kekuatan dan perkembangan sesuai.
Untuk lebih memahamkan peserta training tentang growth sekolah, Tarmidzi membuat mind mapping growth priorities sebuah sekolah. Growth priorities terdiri dari beberapa faktor yaitu reputation, standards, systems, finance, teachers and students.
Kemudian ia meminta 32 peserta training yang hadir untuk menentukan mana yang menjadi urutan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya untuk mendukung pencapaian visi.
Keempat adalah fokus (concise and clear). Visi yang dibuat harus jelas dan harus fokus. Visi yang baik tidak menuliskan kata – kata yang terlalu banyak. Kata-kata yang tertulis fokus pada keunikan sekolah masing-masing. “Tidak mungkin sebuah sekolah untuk unggul dalam semua hal, ” tutur Tarmidzi. “We can not be everything,” imbuhnya.
Selanjutnya, visi harus bersifat fleksible. “Kapan terakhir anda mereview visi sekolah?” tanya Tarmidzi mengawali paparan terkait fleksibilitas visi. Sebuah visi yang baik harus fleksible, bisa diubah setelah jangka waktu 10 atau 15 tahun. Perubahan visi disesuaikan dengan kondisi saat ini, sesuatu yang sudah tidak relevant harus diganti.
Ia kemudian membuat tabel terkait target pencapaian sekolah terkait siswa, guru, finansial, dan reputation yang bisa dicapai dalam jangka waktu 3 tahun, 5 tahun dan 10 tahun. Pencapaian inilah yang berkaitan dengan fleksibelnya sebuah misi sekolah yang harus selaras dengan perkembangan zaman.
Terakhir, sebuah visi harus mudah diingat (memorable). Agar mudah diingat, visi harus dibuat dengan kalimat yang simple, keep it simple. Jika visi itu mudah diingat maka itu akan mudah diresapi, dipahami, dan dicapai. Semua warga sekolah, stakeholder dan orang tua akan berupaya keras agar visi bisa tercapai.
“Lalu bagaimana visi bisa diketahui semua warga sekolah, stakeholders dan orang tua?” tanyanya. Ia pun menjawab letakkan visi, misi, core value di pintu gerbang yang ketika warga sekolah, stake holders, orang tua masuk ke sekolah dan membaca hal tersebut, memahami, dan meyakini bahwa visi tersebut akan dapat dicapai. (Tanti Puspitorini)
Discussion about this post