PWMU.CO – Semakin dini anak-anak diajarkan bunyi atau sounds, semakin mereka belajar lebih cepat. “Every language have a sense of sound,” ujar Diah Indah Nurtanti, dosen luar biasa bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Ia mengatakan, setiap bahasa memiliki rasa dalam suaranya.
Dalam kunjungannya ke SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Kamis (4/10/18), Diah—sapaannya—ingin melihat pembelajaran bahasa Inggris beserta kurikulumnya. “Nantinya akan saya jadikan bahan analisis dan refleksi, supaya ada perbaikan dan pembelajaran bahasa Inggris bisa lebih efektif,” kata dia.
Menurutnya, prioritas utama bagi anak untuk belajar bahasa Inggris adalah pengucapan. “Dapat mengucapkan kata dalam bahasa Inggris dengan benar merupakan langkah pertama sebelum mereka belajar membaca, menulis, dan melatih kemampuan mendengar,” jelasnya.
Selama ini, kata Diah, kita seperti belajar bahasa tapi sebenarnya buta huruf. Kita belum bisa mengucapkan bunyi huruf dengan benar. “Misalnya ketika mengucapkan ‘it’ dengan ‘eat’ dan ‘sit’ dengan ‘seat’,” terangnya memberi contoh beberapa pasangan kata yang mirip pengucapannya.
Hal ini, lanjutnya, disebabkan kita belajar bahasa Inggris dengan letter base (berbasis huruf). “Padahal, bahasa Inggris itu sound based (berbasis suara), sedangkan bahasa Indonesia itu letter based,” tegasnya.
Selama 60 menit, anggota Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur tersebut mengikuti pembelajaran bahasa Inggris di kelas VI Mas Mansyur dengan guru model Syafa’atul Ilmiyah SPd.
Mia—sapaan akrab Syafa’atul Ilmiyah—menyampaikan materi Kind of Story di kelas yang menerapkan International Class Program (ICP) tersebut.
Anak-anak sangat antusias melatih keterampilan mendengar (listening skill) mereka melalui audio. “Ini juga untuk latihan siswa kelas VI menghadapi Cambridge Checkpoint Test pekan depan,” ujar Mia.
Kepada PWMU.CO, Diah mengakui tertarik dengan English as a Second Language Curriculum Framework for Cambridge Primary yang dipakai panduan pembelajaran di kelas ICP SDMM.
“Ini sesuai karena materi pertama di kelas I adalah recognise, identify, sound, and name the letters of the alphabet,” ujarnya senang karena materi awalnya tentang mengenali, mengidentifikasi, menyuarakan, dan memberi nama huruf-huruf alfabet.
Di akhir kunjungannya, perempuan yang menyelesaikan studinya di School International Training, Vermont, Amerika tersebut berharap guru-guru tidak meninggalkan sense of english (rasa), culture (budaya) bahasa, atau attitude (sikap) ketika mengajarkan berbicara dengan bahasa Inggris.
“Ini penting supaya anak-anak terbiasa bertutur sopan dalam bahasa Inggris. Minimal tambahkan kata ‘please’ ketika meminta tolong kepada orang lain,” pesannya. (Vita)
Discussion about this post