PWMU.CO – Masjid Al Ikhlas Deltasari Waru Sidoarjo menjadi tuan rumah acara “Mawarith National Roadshow” yang diadakan oleh Center for Mawarits Studies (CMS) Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Kegiatan yang bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Cabang Sidoarjo dan Takmir Masjid Al Ikhlas Deltasari itu dikemas dalam bentuk Workshop dan Kajian Spesial Mawarits Level Satu, Sabtu (14/10/18).
Workshop yang diadakan pukul 17.50-20.00 itu menghadirkan pembicara Direktur CMS Unida Gontor Ustadz Mhd. Jabal Alamsyah Lc MA—yang sejak pagi sudah menjalankan safari dakwah di beberapa tempat di Surabaya dan Sidoarjo.
“Gerakan Edukasi Ihya’ Ilmi Mawarits” adalah tema besar yang dibawakan oleh Ustadz Jabal, sapaannya. Dia prihatin karena soal waris-mewaris ini jarang disampaikan dalam berbagai forum, termasuk pada khutbah Jumat.
Dia mengingatkan, mawarits merupakan fardu kifayah dalam urusan mayit yang tidak bisa ditunda. Karena itu dia mengajak para hadirin untuk menjadi keluarga Muslim yang sadar mawarits sekaligus menangkal salah kaprah dalam urusan itu.
Menurutnya, banyak dari umat Islam yang masih menganggap tabu pada urusan harta waris sehingga menunda pembagian pada ahli waris dengan alasan, misalnya, masih ada ibu tatkala sang bapak meninggal dunia.
“Mawarits bukan ngomong harta dulu, tapi siapa pemiliknya,” tegasnya menanggapi soal anggapan mawarits seolah sekadar urusan pembagian harta waris.
Pakar mawarits ASEAN yang telah memiliki sanad ilmu wa at ta’lim dari beberapa guru dan pakar mawarits ini menegaskan, prinsip mawarits adalah mendahulukan penentuan ahli waris sebelum membaginya.
“Pembagian harta waris adalah perintah Allah dan Rasul-Nya,” ujarnya lalu menyampaikan rumus mawarits yang digagasnya yaitu penentuan sebelum pembagian (PSP).
Penentuan adalah hablumminallah sedangkan pembagian adalah hablumminanas. “Adapun pembagian ini bersifat fleksibel dan bisa sesuai kebutuhan setelah penentuan hak waris terlaksana,” paparnya.
Sehingga, sambungnya, penting bagi penanggung jawab urusan jenazah (Modin) untuk menerapkan mawarits ini sesegera mungkin tatkala ada warga yang meninggal.
Penulis tesis berjudul “Pensyariatan Mawarits dalam Alquran dan Penerapannya di Indonesia” dalam studi Pascasarjana di UNNISA Brunei Darusslaam ini menjelaskan lima landasan tauhid PSP.
“Yaitu pertama karena perintah Allah, kedua karena perintah Rasulullah, ketiga karena urusan mawarits adalah fardhu kifayah,” jelasnya.
Keempat, lanjutnya, dapat menciptakan harmoni keluarga dan kelima karena dengan dijalankannya mawarits maka akan menunjang kemakmuran keluarga,” urainya.
Ia pun memperkuat penjelasannya dengan kisah-kisah nyata sesuai pengalamannya menangani beberapa problem mawarits.
Pada kesempatan kali ini Ustadz Jabal memperkenalkan Program Centre for Mawarith Studies Universitas Darussalam Gontor.
Dia berharap, program itu bisa ikut membangun peradaban sehingga bisa membentuk keluarga-keluarga muslim yang sadar mawarits. “Kami juga berkeinginan bisa mendirikan cabang CMS di Surabaya dengan jalur waqaf,” tutur dia.
Ketua Takmir Masjid Al Ikhlas Ali Rohim meyampaikan terima kasih kepada IKPM Sidoarjo yang ikut memakmurkan Masjid Al Ikhlas.
Dia berharap agar kerjasama ini bisa berlanjut lebih baik. “Mengingat masjid ini beberapa kali sempat dijadikan tempat penjemputan santri Pondok Modern Gontor ketika liburan,” ujarnya.
Sementara Ketua IKPM Sidoarjo Dr Eko Asmanto MA M Fil dalam sambutannya mengatakan, IKPM Sidoarjo yang baru saja mengadakan musycab ini berharap bisa mengadakan gerakan-gerakan keilmuan yang melibatkan masyarakat.
“Semisal bimbingan bagi pelajar yang ingin melanjutkan studi ke Timur Tengah, lembaga bahasa Arab, konsultasi fkih, dan lain-lain,” katanys.
Menurut dia, kemaksiatan dan kebatilan yang ada bukan diperangi dengan senjata, bom, dan kekerasan lainnya. “Melainkan dengan mengadakan gerakan yang membangun kesadaran terhadap ilmu,” tegasnya sambil memberi pengantar tentang pentingnya ilmu mawarits. (Mazzrozaq)
Discussion about this post