PWMU.CO – Prof Dr Zainuddin Maliki MSi mengatakan, menjadi guru harus disertai niat, passion, dan kompetensi.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surabaya menyampaikan hal itu dalam kegiatan Pembinaan Guru Muhammadiyah Se-Bawean di Kompleks Perguruan Muhammadiyah, Sangkapura, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Selasa (23/10/18).
“Niat itu penting,” ujar Zainuddin, yang juga Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, sembari bertanya sejak kapan para peserta memutuskan menjadi guru.
Ternyata jawaban para guru cukup mengejutkan, seperti yang disampaikan Mohammad Syafi’e. Dia menjadi guru karena ‘pelarian’. Artinya setelah tidak diterima bekerja di sana dan di sini, akhirnya melamar menjadi guru.
“Itu artinya Anda tersesat. Tetapi tersesat di jalan yang benar, dan itu merupakan hidayah dari Allah SWT yang patut kita syukuri,” ungkap Zainuddin. “Yang berbahaya itu merasa benar di jalan yang sesat,” ujarnya pula.
Selain niat, ia meminta para pendidik menjadikan guru sebagai passion, panggilan jiwa. “Passion menumbuhkan gairah dan motivasi kuat untuk tanpa kenal lelah mengembangkan diri, mengabdi, dan meraih sukses,” tutur Penasihat Dewan Pendidikan Jawa Timur ini. “Oleh karena itu cintailah profesi guru, agar guru menjadi passion Anda.”
Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI nomor urut 2 dari Partai Amanat Nasional (PAN) Dapil Gresik-Lamongan ini juga menekankan pentingnya kompetensi bagi guru.
“Mendidik itu, ibarat melukis, siswa sebagai kanvas dan guru sebagai pelukisnya. Di tangan gurulah, lukisan dibuat dan lukisan apa yang akan diciptakan. Bagus dan tidaknya lukisan tergantung pada si pelukis,” ujarnya membuat ilustrasi.
Menurut Zainuddin, baik buruknya karakter siswa tergantung kepada orang yang mendidiknya yaitu guru. Karena itu Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya itu mengajak guru untuk mengembangkan soft skill yang masuk kategori kompetensi kepribadian, selain hard skill atau kompetensi profesional.
“Dalam banyak kasus, penentu keberhasilan dalam dunia kerja tidak hanya kepandaian akademik atau hard skill. Namun justru non-akademik atau soft skill seperti semangat, kerja keras, tidak mudah menyerah, kemampuan memperluas jaringan dan juga jiwa kepemimpinan,” terangnya.
Oleh karena itu, seorang guru, menurut Zainuddin, di samping harus memiliki penguasaan akademik yang terukur (hard skill), juga harus memiliki kepribadian yang menarik seperti berintegritas, optimis, responsif, atau pandai bersosialisasi (soft skill).
“Soft skill seperti itulah juga yang harus ditanamkan kepada siswa didik sehingga mereka memperoleh modal untuk menjadi orang-orang yang sukses,” tegasnya menutup paparan. (Eklis Dinika)
Discussion about this post