PWMU.CO -Jamaah pengajian Majelis Tabligh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pantenan Panceng Gresik, Ahad (28/10/2018), masih bertahan mendengarkan ceramah ketika datang gerimis ringan. Pengajian itu digelar di pertigaan jalan Desa Pantenan
Ada empat pembicara yang hadir. Giliran pertama H Faqih Usman SE MSi berceramah. Dia mengupas dengan detail fungsi anggota DPRD dalam menentukan kebijakan apa pun dalam pemerintahan daerah termasuk penentuan anggaran.
Pembicara kedua Ketua LPCR PWM Jatim Nugraha Hadi Kusuma MSi naik mimbar, gerimis masih sepoi-sepoi menyapu malam. Jamaah masih bisa menikmati pengajian dengan hawa yang nyaman dan sejuk. Maklum ini gerimis pertama yang turun selama kemarau ini.
Nugraha mengungkap sejarah Muhammadiyah di Gresik. Dia mengatakan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari itu masih keluarga dari Maulana Ainul Yaqin alias Sunan Giri. Karena itu sudah sepatutnya jamaah dua ormas ini bersatu.
Tapi umat Islam bersatu, sambung Nugraha , selalu saja ada yang tidak suka sehingga mengadu domba. Caranya, pertama melemahkan akidah dengan menghidupkan ritual syirik. Kedua, melemahkan mental dengan larangan bicara politik di masjid. Ketiga, mengalihkan cara berpikir umat menjadi materialistik.
“Buktinya, adaorang tidak sungkan-sungkan tanya pada caleg, kemarin saya dikasih jilbab sama uang, sekarang mau dikasih apa? Ini fakta dan wajib kita hilangkan,” tandasnya.
Giliran Wakil Ketua PWM Jatim Prof Dr Zainuddin Maliki naik mimbar gerimis mulai rapat berjatuhan. Tapi jamaah malah berteriak, “Lanjuuutt…” Maka pengajian berjalan terus.
Diiringi rintik gerimis, Zainuddin berceramah dengan bertanya kepada jamaah. Caleg DPR PAN Dapil Gresik Lamongan itu menjelaskan, untuk masuk surga syaratnya ada dua. Tidak iri dan tidak dengki.
“Ada yang mau derajatnya ditingkatkan?” tanyanya. Jamaah langsung menjawab serentak,”Mauuuu… ”
”Syaratnya ada dua juga. Beriman dan berilmu,” jawabnya yang memicu tawa hadirin.
Waktunya penceramah terakhir Wakil Ketua PWM Jatim Nadjib Hamid maju ke mimbar, gerimis semakin keras. Melihat situasi Nadjib menyampaikan, dia tidak perlu banyak berbicara karena sudah banyak yang disampaikan penceramah sebelumnya.
Namun jamaah malah menantang,”Teruusss …”
Nadjib lebih banyak dialog dengan jamaah. Sementara mendung di langit sudah terasa akan jatuh ke majelis ini. Ketika satu pertanyaan tuntas dijawab, saat itu juga hujan turun cukup lebat. Karuan saja pengajian langsung bubar. Semua orang berlarian ke teras-teras rumah penduduk untuk berteduh.
Semua orang tidak terkecuali para pembicara tampak basah kuyup pakaiannya. Panitia yang paling repot. Beberapa orang mengamankan amplifier, mikrofon, salon dari guyuran hujan. Di panggung panitia juga mengusung kursi yang ditinggalkan para pembicara. Sedangkan kursi plastik yang diduduki jamaah dibiarkan di tempatnya.
Namun pengajian yang heboh karena kehujanan ini sangat mengesankan bagi jamaah. Seorang jamaah Nurul Hidayati mengatakan, ini pertama kali pengajian triwulan kehujanan. “Alhamdulillah seger dan memberi kesan tersendiri apalagi tadi ada empat penceramah bagus semua,” ujar Nurul. (Uzlifah)
Discussion about this post