PWMU.CO – Triplek dan banner bekas tampak jelas di depan rumah. Separuhnya menutup celah depan seperti layaknya sebuah pagar yang harus digeser sembari diangkat jika akan masuk rumah.
Gelap, tanpa lampu jalan dan teras rumah, hanya mengandalkan lampu jalan milik tetangga depan dan samping kiri kanannya.
“Januari kemarin Mak nggak sadar sampai seminggu. Ya di rumah aja. Karena saat itu saya ndak punya uang,” Rulan menceritakan penyakit yang diderita ibunya kepada PWMU.CO, sembari menundukkan kepala, Rabu (24/10/18) pekan lalu.
Ditemui di rumah sederhananya di Perumahan Bumi Persada Hijau Blok K-16 No 23 Benjeng, Gresik, pemilik nama lengkap Rulana Bagus Afilian ini mengaku pernah tidak masuk kerja selama satu pekan pada Januari 2018 karena harus merawat Endang Suharsana, ibunya, yang menderita hipoglikemia dalam kondisi tak sadar.
“Kalau sudah ndak sadar itu Mak nggak bisa napas lewat hidung. Air liurnya mengumpul di tenggorokan. Jadi sesekali saya dudukkan, saya tundukkan kepalanya sampai air liurnya keluar di wadah. Lalu saya balik badannya untuk saya basuh air hangat, ternyata ada luka di pantat karena iritasi,” jelasnya.
Dia melanjutkan, saat kadar gula menurun drastis, ibunya bisa tida sadar sewaktu-waktu disertai keringat yang keluar sederas air dan pandangan kosong.
“Pernah saya tinggal kerja, malam baru pulang itu rumah sudah gelap gulita. Saya sudah menebak Mak pasti kambuh sore hari hingga lampu tidak menyala. Begitu saya buka pintu, betul Mak sudah ndak sadar di kasur, bahkan air kencing dan buang air besar pun di situ,” ungkap anak laki-laki yang sudah yatim sejak dua tahun silam itu.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Benjeng yang sudah putus sekolah sejak Desember tahun lalu ini mengungkapkan telah menjual sepeda motornya untuk biaya pengobatan ibunya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ibnu Sina Gresik pada April 2018 lalu.
“Saya putus sekolah karena harus kerja. Sekolah sebenarnya sudah menggratiskan semua biaya untuk saya. Tapi kalau saya sekolah, saya nggak bisa dapat uang untuk pengobatan Mak. Selama ini rutin kontrol di Puskesmas Benjeng, gratis. Kalau cek laboratorium, baru bayar Rp15 ribu untuk satu jenis tes,” tutur Rulan sembari mengambil air minum.
“Waktu Mak opname di RSUD itu, saya pulang naik angkot. Sempat dibilang pengamen jalanan sama sopirnya sampai nggak boleh naik. Saya jawab, saya mau pulang ke rumah dan saya bisa bayar kok. Mungkin saat itu sopirnya lihat baju saya yang kucel. Sampai di rumah, saya berpikir, apa yang bisa saya jual ya,” imbuhnya.
Menurutnya, kondisi ekonomi yang dialami sekarang ini juga tak lepas dari utang peninggalan almarhum ayahnya, Rudi Masuki, di bank sebesar Rp 52 juta.
“Sekarang sudah masuk cicilan ke-11. Tiap bulannya Rp 2.800.000. Yang Rp 2 juta dibantu adiknya Mak di Kediri, yang Rp 800 ribu, saya. Gaji saya sebagai asisten pelatih Tapak Suci hanya Rp 700 ribu. Jadi saya juga kerja tak terikat atau freelance di percetakan di Desa Medangan,” ujarnya.
Anak laki-laki yang akan genap berusia16 tahun pada 29 November 2018 mendatang ini bersyukur mendapat tambahan gaji Rp 50 ribu hingga Rp 75 ribu untuk setiap desain banner yang dia kerjakan.
“Ya namanya juga freelance, jadi dipanggil kalau dibutuhkan saja. Misal saat orderan desain sedang banyak, ya saya dipanggil. Satu desain nggak boleh lebih dari 15 menit. Kalau lebih, potong gaji,” ucapnya.
Di ruang tamu sempit dengan pencahayaan remang-remang karena hanya ada satu lampu redup untuk seisi rumah itu, Rulan menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Lembaga Zakat Infaq Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) Kantor Layanan Benjeng.
“Alhamdulillah, setiap bulan Mak dapat beras, minyak, dan gula dari Lazismu. Dulu kami yang ambil ke kantornya, tapi sekarang mereka yang mengantar ke rumah. Saya merasa terbantu sekali dengan bantuan itu,” tegasnya.
Dia mengaku sangat menghemat bahan pokok itu agar cukup satu bulan karena masih harus mencicil sepeda motor bekas yang dibelinya untuk bekerja.
“Saya butuh kendaraan untuk kerja, jadi saya beli motor bekas seharga Rp 3 juta. Untung pemiliknya baik, saya boleh mencicil sewaktu-waktu dan semampu saya. Kadang Rp 50 ribu, kadang Rp 100 ribu. Itu pun tidak setiap bulan. Sekarang tinggal Rp 400 ribu lagi, lunas,” katanya sembari menunjuk sepeda motor di teras rumah yang penuh dengan gantungan baju.
Rulan juga menyampaikan keinginannya untuk bersekolah lagi melalui program Kejar Paket C.
Untuk membantu Ruslan, Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur bekerjasama dengan Lazismu Kantor Layanan Benjeng Gresik membuka pintu donasi melalui:
Bank Rakyat Indonesia Nomor Rekening 0026-01-018726-53-1 atas nama Marufah.
Konfirmasi donasi: Tari 08121673708 atau melalui Manajer Program Lazismu Kantor Layanan Benjeng Ma’rufah 085101917475. (Ria Eka Lestari)
Discussion about this post