PWMU.CO – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dr Nurul Qomariyah mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dalam mengonsumsi makanan dan minuman kaleng.
Hal itu dia sampaikan dalam acara Sosialisasi Ketahanan dan Keamanan Pangan bagi UKM (Usaha Kecila dan Menengah) dan BUEKA (Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah) yang digelar Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Daerah Aisyiyah Jember, di Universitas Muhammadiyah Jember, Ahad (4/11/18).
“Mengedarkan makanan dan minuman yang tidak mempunyai izin dari Dinas Kesehatan atau BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sangat berisiko. Untuk mengurus PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga), misalnya, biayanya sangat murah. Tapi jika ada keracunan akibat dari makanan kita. Maka akan ada sanksinya. Dan itu malah membutuhkan banyak biaya,” jelas Nurul.
Nurul juga mengingatkan tentang pentingnya memperhatikan kemasan makanan atau minuman dalam kaleng. “Hati-hati dengan minuman kemasan kaleng yang sudah penyok,” dia mengingatkan.
Biasanya, ujarnya, penjual memberikan harga yang murah. “Mengapa dijual murah? Karena kondisi minuman sudah tidak seperti semula. Jadi kalau misalnya ibu-ibu terpaksa minum, bacalah bismillah berulang-kali,” guraunya disambut tawa ibu-ibu.
Bahkan Nurul memberikan tips bagaimana cara dia ‘mengetahui’ makanan dan minuman yang dijual pedagang itu bersih. “Saya tak segan-segan memeriksa kamar mandi dan dapur. Bergaya saja saya sedang ke toilet. Kalau bersih saya makan di situ, tapi kalau nggak, saya bungkus saja makanannya. Saya nggak bisa bayangkan jual makanan kok tempat mengolahnya kotor,” ujarnya.
Menurut Nurul, keamanan makanan juga bisa dilihat dari bahan-bahannya. “Hindari pewarna, pengawet, atau semacamnya yang membuat makanan bertahan agak lama atau malah bisa bertahan sampai berbulan-bulan,” pesannya.
Nurul mengingatkan, ”Jadi ibu, kalau ingin membeli makanan lihat tanggal produksi dan expired-nya. Semakin lama tanggal kadaluarsanya bisa diidentifikasi jika pengawet makanan tersebut dalam jumlah banyak. Atau jangan-jangan pakai formalin,” ujarnya.
Nurul juga mewanti-wanti soal konsumsi saos. “Ibu-ibu pasti tahu saos kan? Setiap makanan yang menggunakan saos pasti diminati anak-anak. Kalau bisa hindari anak-anak kita mengonsumsi saos. Dua puluh atau tiga puluh tahun ke depan, kemungkinan terkena penyakit kanker semakin besar,” ujarnya mengingatkan.
Dengan bergurau ia berkata, “Biarlah kalau ada saos dimakan kita saja, yang usia sekarang 40 tahun ke atas. Jadi dua puluh tahun lagi kalaupun kita meninggal, itu sudah wayahe.” Ibu-ibu pun gerrr-gerrran.
Di akhir ulasannya, dia juga mengingatkan soal lipstik. “Lipstik kita ini juga pakai pewarna yang membuat kita tampil cantik. Tapi tolong dicermati bahan-bahannya, termasuk kandungan zat pewarnya. Jangan-jangan kita yang pakai lipstik seperti makan pewarna setiap hari!” ujarnya serius tapi tetap saja mengundang tawa.
Meskipun materi yang disampaikan serius, tapi Nurul membawakannya dengan rileks penuh canda. Termasuk saat dia memperkenalkan dirinya.
“Kalau dilihat dari nama, saya mirip artis Nurul Arifin. Tapi kalau dilihat dari tahi lalat di wajah, saya lebih mirip Ita Purnamasari,” ujarnya. Kontan, seisi ruangan bertabur gelak tawa. (Humaiyah)
Discussion about this post