PWMU.CO – Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (PP FGM) akan menyelenggarakan Rembuk Nasional Forum Guru Muhammadiyah di Hotel Lor In Syariah Solo, Jawa Tengah. Acara tersebut diikuti oleh guru-guru Muhammadiyah dari Sabang sampai dengan Merauke.
“Awalnya kita target 350 peserta saja. Ada guru dari Aceh, Papua, Sorong Manokwari, Jayapura, dan lainnya. Ternyata pesertanya membeludak sampai 500 guru yang mendaftar,” kata Ketua PP FGM Pahri MM saat diwawancarai PWMU.CO, di Sidoarjo, Selasa (6/11/18) siang.
Kepala SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Malang ini mengatakan, banyak hal yang akan dibahas dalam rembuk nasional ini. Pertama, terkait kesiapan guru-guru Muhammadiyah menyongsong era industri 4.0.
Dia menjelaskan, era industri 4.0 adalah kegiatan di mana manusia banyak tergantikan oleh mesin dan robot. Pola komunikasi dan kerja manusia juga tergantikan oleh kecanggihan teknologi informasi atau digital.
“Kalau guru Muhammadiyah tidak mengantisipasi dan menyiapkan diri, maka guru Muhammadiyah akan tenggelam dan tergusur selama-lamanya. Begitu pula sekolah Muhammadiyah,” ungkapnya.
Dia menegaskan, seandainya KH Ahmad Dahlan masih hidup dan hal itu terjadi, pasti pendiri Muhammadiyah itu akan kecewa berat dengan guru-guru maupun stakeholder Muhammadiyah.
Kedua, lanjut dia, rembuk nasional akan membahas terkait peningkatan kualitas, mutu, dan daya saing sekolah Muhammadiyah. Di mana hal itu harus dimulai dari peningkatan kualitas dan kompetensi guru.
“Sekolah maju itu gurunya maju. Sekolah hebat bermula dari guru yang hebat. Sekolah bermutu dari guru bermutu. Siswa berprestasi bermula dari guru yang berprestasi,” paparnya.
Selama ini, kata Pahri, sekolah Muhammadiyah kurang akan sentuhan pengembangan mutu guru. Bahkan, guru sering kali dilupakan dan dikesampingkan dalam hal peningkatan kualitas sekolah.
“Dari sembilan standar pendidikan Muhammadiyah misalnya, seperti standar isi, proses, lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan (PTK), pengelolaan, evaluasi, sarpras, pembiayan dan standar Ismuba, standar PTK kurang mendapat perhatian serius dari stakeholder sekolah Muhammadiyah,” ungkapnya.
Karena itulah, sebut Pahri, rembuk nasional ini diharapkan mampu untuk menampung segala aspirasi dan problem yang dihadapi oleh guru-guru Muhammadiyah dari Sabang sampai Merauke.
“Selanjutnya, aspirasi dan problematika tersebut untuk kita carikan solusi terbaik agar bisa teratasi dengan sempurna,” urainya.
Pahri berharap, kualitas dan kompetensi guru sekolah Muhammadiyah semakin meningkat pascarembuk nasional gini. Sekolah Muhammadiyah juga harus mampu bersaing menghadapi era industri 4.0.
“Tak kalah penting adanya sinergitas antarguru-guru maupun sekolah Muhammadiyah se-Indonesia,” tegasnya.
Di akhir wawancara, Pahri mengimbau kepada guru-guru Muhammadiyah yang selama tergabung dalam organisasi lain untuk segera kembali ke tenda besar Muhammadiyah, yakni FGM ini. “Mari kita kembangkan dan besarkan bersama FGM Ini,” pintanya.
Acara yang dijadwalkan Jumat-Ahad (9-11/11/18) akan dibuka oleh Mendikbud Prof Muhadjir Effenfy. Akan hadir pula sebagai narasumber Menag Lukman Hakim Syaifudin, Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, Sekretaris PP Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti, Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Prof Dr Baidowi, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Dr Supriano. (Aan)
Discussion about this post