PWMU.CO – Musyawarah Kerja Wilayah (Musykerwil) I Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur diharapkan menghasilkan keputusan-keputusan riil terhadap kondisi perempuan dan anak di Jawa Timur.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Dyah Puspitarini MPd dalam sambutan pembukaan kegiatan.
Bertempat di Griya Dharma Kusuma (GDK), Jalan Trunojoyo 2-4 Kepatihan, Bojonegoro, Musykerwil I Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur itu diselenggarakan selama 2 hari, Sabtu-Ahad (10-11/11/18).
Dyah mengatakan, keputusan riil terhadap kondisi perempuan dan anak ini adalah salah satu bentuk kontribusi kita menyelesaikan persoalan bangsa. “Kita ini tidak terlalu ngotot harus teriak NKRI Harga Mati atau Saya Pancasila. Tapi tetep Muhammadiyah itu berkontribusi terus, terus tanpa henti,” tegasnya penuh semangat. “Itu sudah bentuk kontribusi kita mencintai Indonesia.”
Menurut Dyah, maraknya kasus perundungan anak yang akhir-akhir ini banyak terjadi juga menunjukkan kita harus segera membuat gerakan bersama. “Ini menjadi PR kita bersama bahwa persoalan memberikan perlindungan dan bagaimana menyampaikan bahwa orangtua memiliki peran penting untuk mendampingi anak, itu harus kita laksanakan,” jelasnya.
Selain itu, perempuan kelahiran Gunungkidul, 19 Januari 1984 itu mengatakan, digital literasi yang kurang pada orangtua juga mengakibatkan anak lebih pintar dari orangtua dalam memakai gadget. “Dan itu nyata sekali. Kalau kita tidak segera sikapi persoalan ini, maka persoalan kualitas hidup perempuan tidak akan selesai,” ungkapnya.
Oleh karena itu, kata Dyah, ketika Milad Nasyiatul Aisyiyah yang ke-90 pada September lalu, kita diminta meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak. “Salah satunya bagaimana mengatasi persoalan-persoalan itu dan bagaimana kesiapan bangsa ini menghadapi era industri four point o atau 4.0,” ujarnya.
Perempuan yang sedang memulai studi doktoralnya di Universitas Negeri Yogyakarta ini mengakui banyak sekali perubahan yang terjadi di era industri 4.0. “Sekarang, kita bisa lihat bagaimana penyebar hoax itu menjadi sebuah pekerjaan yang diinginkan anak-anak muda saat ini. Kalau tidak kita sikapi mulai sekarang, ini akan jadi permasalahan yang semakin menumpuk,” paparnya.
Dyah sangat berharap kader Nasyiah Jawa Timur ini yang jumlahnya banyak, eksis, dan hampir semuanya bekerja, tidak henti melakukan perubahan. “Menjadi kader Nasyiatul Aisyiyah (NA) itu susah, tetapi kalau organisasi ini digerakkan oleh orang-orang yang punya visi ke depan, saya yakin dan insyaaallah NA akan berkembang sampai usia 1 abad, seperti ayah dan ibunya,” tutur Dyah. (Vita)
Discussion about this post