PWMU.CO – Perekonomian Indonesia harus lebih kuat di tahun 2019. Sebab dengan ekonomi yang kuat bisa menguasai segala bidang seperti media, politik, atau pendidikan. Hal inilah yang akan memudahkan kita untuk membangun peradaban masyarakat.
Demikian disampaikan Dr Sutrisno Bachir, Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengawali paparannya saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Proyeksi Ekonomi Politik 2019 dan Kemandirian Bangsa memeringati Milad Ke-106 Muhammadiyah di Aula Mas Mansyur Gedung Muhammadiyah Jatim, Sabtu, (10/11/18).
Terkait peradaban masyarakat, kata SB, sapaan akrabnya, ada lima syarat untuk membangunnya. “Yang pertama masyarakatnya harus mengerti spiritual, dalam hal ini beragama,” terangnya. “Rakyat Indonesia sudah beragama, apalagi mayoritas Muslim.”
Yang kedua, sambungnya, masyarakatnya harus profesional, “Di sinilah yang kita kurang,” ucapnya.
Ketiga masyarakat harus dibekali enterpreneurship. Berikutnya masyarakat harus menguasai teknologi dan yang terakhir memiliki pemikiran outward looking.
Pria kelahiran Pekalongan ini mencontohkan pemikiran outward looking yang diterapkan masyarakat China. “Coba kita lihat ketika kita pergi haji atau umrah, hampir semua peci, sajadah, tasbih, semua made in China,” ungkapnya.
Padahal, sambung dia, orang China tidak bisa bahasa Inggris apalagi bahasa Arab. “China benar-benar menerapkan strategi outward looking dalam perekonomiannya, yakni orientasi ke luar, pasar global,” ujarnya.
Untuk itu, ajaknya, kita harus lebih fokus terhadap ekonomi. “Terlebih lagi Muhammadiyah yang banyak orang pintarnya,” tegasnya. Menurutnya, Muhammadiyah harus menambah ilmu profesionalisme dan kewirausahaan. Didukung dengan infrastruktur yang sudah dimiliki seperti sekolah dan rumah sakit, Muhammadiyah diharapkan bisa menguasai perekonomian.
Terkait membangun peradaban perekonomian Indonesia SB mengungkapkan KEIN mempunyai peranan penting.
Dia menegaskan, tugas KEIN adalah melakukan kajian strategis dalam bidang ekonomi dan industri di tingkat lokal, regional, dan global. Kemudian memberikan kajian tersebut kepada presiden secara out of the box, diluar kebiasaan sebagai second opinion yang berbeda kepada presiden.
“KEIN memberikan solusi berbeda dengan kebijakan-kebijakan yang sudah dijalankan, seperti kebijakan-kebijakan menteri,” ungkapnya. Masukan yang kritis dan solutif kepada presiden memang digunakan sebagai bahan pertimbangan presiden mengambil keputusan. “Dan sejauh ini masukan dan saran dari KEIN yang dipakai,” ucapnya.
Kemudian KEIN, ujarnya, mempunyai rencana ke depan untuk membuat road map perekonomian Indonesia. “Supaya perekonomian kita lebih baik sampai tahun 2045,” tuturnya.
SB menyampaikan, setelah melakukan kajian ke berbagai negara, stakeholder, kampus-kampus besar di Indonesia maka kita menemukan empat sektor yang kita prioritaskan dalam membangun ekonomi Indonesia ini.
Hal ini dimaksudkan supaya pertumbuhan ekonomi negara kita ini di atas 8 persen, dan kesenjangan ekonomi mengecil, yang pada akhirnya bisa mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Empat sektor tersebut adalah agrobisnis, maritim, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
SB mencontohkan di bidang agrobisnis, masyarakat kita banyak yang bisa dalam menangani bidang agrobisnis seperti menanam padi, jagung, kedelai, sayur mayur padahal banyak ahlinya. “Karena tidak ada kebijakan yang mendukung hal tersebut. Lalah dengan barang-barang impor,” ujarnya.
Kebijakan-kebijakan seperti bunga pinjaman murah, tidak kena pajak, listrik murah, atau dibangunkan infrastruktur perlu dibuat Pemerintah. “Sehingga keempat sektor tersebut bisa tertangani dengan baik,” kata SB.
Dia berharap masyarakat Indonesia bisa menangani empat sektor di atas karena Indonesia sudah memiliki dua hal yaitu sumber alam dan sumber daya manusia.
“Sumber daya alam itu sudah merupakan gift, pemberian dari Allah SWT, seperti yang kita tahu kita ini kaya raya, di negara kita ini semua ada, mestinya kita bisa lebih kaya dari Amerika, China, dan Jepang, tetapi kita bersumber daya manusia lemah,” urainya.
“Untuk itu kita harus mengoptimalkan sumber daya manusianya, dan di Indonesia yang sudah siap sepertinya Muhammadiyah,” ungkapnya. Dia menegaskan, Muhammadiyah harus mampu menjadi lokomotif perubahan ekonomi sehingga bisa memegang peran perekonomian di pemerintahan. (Tanti)