PWMU.CO – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti menyatakan guru sejatinya adalah agen pembangunan peradaban dan keadaban utama suatu bangsa.
Mu’ti menyampaikan hal itu dalam penutupan acara Rembuk Nasional Forum Guru Muhammadiyah di Hotel Lor In Syariah Solo, Jawa Tengah, Ahad (11/11/18).
Dia mengatakan, guru itu mengemban misi profetik sebagaimana Nabi Muhammad SAW. Di mana materi pembelajaran yang disampaikan Nabi adalah Alquran, wahyu Allah SWT.
“Nabi itu menyampaikan Alquran, dan mencontohkan bagaimana cara mengamalkannya. Nah, itulah tugas utama guru,” katanya. Karena misi itulah, lanjutnya, guru punya posisi dan kedudukan luar biasa mulianya di hadapan manusia. “Dan tentu di hadapan Allah SWT,” ucapnya.
Mu’ti menegaskan, menekuni profesi sebagai seorang guru harus menjadi sebuah pilihan yang pertama. Bukan sebaliknya, karena tidak ada pilihan profesi lain. Apalagi menganggap menjadi guru sebagai sebuah kecelakaan.
“Profesi guru itu sangat mulia. Karena jika guru sudah absen, maka tinggal menunggu waktu, kapan bangsa ini akan mengalami kemundurannya,” pesannya. Ia mengungkapkan, guru bukan hanya sekadar agent of learning maupun agent of transformation. Tapi guru adalah agent of civilitation atau agen pembangunan perabadan dan keadaban utama suatu bangsa.
“Nah, hakikat dari proses kita belajar adalah untuk membangun akhlak utama, dan puncak koletif dari akhlak utama itu adalah peradaban utama,” urainya. Maka dari itu, guru harus bisa menjadi figur yang mencerminkan keadaban masa sekarang dan masa depan. “Sekali lagi saya katakan menjadi guru harus jadi pilihan utama,” ucapnya.
Ia kemudian meminta guru Muhammadiyah bisa menjawab kritik dengan sebuah karya nyata. Bukan dengan kata-kata. “Muhammadiyah bisa maju itu karena amalnya. Bukan dengan retorika dan kata-kata,” terangnya.
Mu’ti mengingatkan, guru Muhammadiyah agar memiliki keunggulan lebih dibanding yang lainnya. Karena itu ia meminta guru selalu mau belajar, mau menempa kualitas diri, dan harus merasa kurang agar menjadi lebih tinggi lagi. “Ada dua kekuatan utama guru Muhammadiyah yang harus terus diasah, yakni perpaduan ilmu dan akhlak,” tuturnya.
Menyinggung era industri 4.0 yang ditandai dengan adanya digitalisasi, ia menegaskan, penguasaan teknologi bukanlah sebuah tujuan. Tapi penguasaan teknologi adalah sarana untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi dari itu.
Sebab, jika teknologi berada di tangan orang yang akhlaknya rusak, maka bisa menjadi bagian kekuatan dekstrutif yang bisa mempercepat preses terjadinya kiamat. Sebaliknya, apabila teknologi berada di tangan orang bijak, maka teknologi bisa menjelma menjadi kekuatan yang luar biasa untuk mengerakkan potensi umat manusia.
“Guru di masa sekarang, adalah penentu masa depan. Karena mendidik anak dalam kelas bisa membawa dampak tidak hanya bagi masa depan anak didik, tapi juga umat dan bangsa,” tandasnya.(Aan)
Discussion about this post