PWMU.CO – Sulitnya menemukan buku anak dengan bahasa lokal yang berkualitas menjadi pendorong Pusat Studi Literasi, Lembaga Penelitian, dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan Lokakarya Penerjemahan Buku Anak, Senin (26/11/18).
“Suatu ketika saya menemukan buku terjemahan yang aneh. ‘Tamu-tamu itu berada di ruang gambar’, lha maksudnya apa? Saat saya cari buku aslinya, ternyata teksnya tertulis ‘drawing room‘,” tutur Ketua LPPM Unesa Prof Dr Lies Amin Lestari MA MPd.
Menurutnya, drawing room yang dimaksud penulis adalah ruangan yang digunakan duduk-duduk santai setelah makan. Maka dalam acara yang diselenggarakan di Gedung Rektorat Lantai 11 Unesa Kampus Lidah Wetan Surabaya ini, dia menegaskan pentingnya penerjemah menguasai bahasa sumber.
“Lalu saat saya membaca buku karya penulis Australia yang menceritakan tentang kehidupan seorang menantu raja Jepang dari rakyat jelata, diceritakan harus mengalami banyak penyesuaian dengan upacara-upacara kerajaan yang di situ ada banyak kue-kue,” ujarnya.
Prof Lies—sapaannya—melanjutkan dalam terjemahannya muncul ‘kue beras’ yang membuatnya bertanya ‘apa ya kue beras ini?’. Dia berpikir kemungkinan di Jepang ada kue seperti itu dengan istilah Jepang yang kemudian ditulis oleh penulis Australia dengan ‘rice cake‘.
“Sesampainya di penerjemah Indonesia, jadilah ‘kue beras’. Lalu saya berpikir, bagaimana kita bisa menerjemahkan kue cucur, nogosari, dan lain-lain?” ungkapnya disambut riuh tawa peserta.
Dia mengingatkan harus ada yang diperhitungkan dalam menerjemahkan teks dan kemampuan seperti itu tidak dimiliki semua penerjemah. Padahal akan fatal akibatnya jika terjadi dalam terjemahan buku anak yang membutuhkan wawasan lebih yang bisa dikenal anak lewat sebuah buku bacaan.
Sementara itu, Ketua Pelaksana lokakarya Hujuala Rika Ayu SS MA menyampaikan kegiatan bertema “Membaca Dunia Anak” itu merupakan kerjasama LPPM Unesa dengan Litara dan The Asia Foundation dan didukung Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI).
“Ada 80 manuskrip yang masuk ke kami dan kami 60 terbaik untuk ikut dalam lokakarya ini. Terdiri dari unsur mahasiswa, dosen, guru, penerjemah pemula, hingga ibu rumah tangga yang suka menerjemah karya,” ucapnya.
Dia menjelaskan kegiatan serupa telah dilaksanakan di Padang untuk penerjemahan buku anak dalam bahasa Minang.
“Dan yang saat ini kita ikuti adalah penerjemahan buku anak dalam bahasa Jawa. Ke depan, kita akan adakan untuk bahasa Madura,” ungkapnya.
Seleksi lokakarya ini adalah calon peserta diminta menerjemahkan puisi dan teks cerita anak yang berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Kegiatan ini berlangsung dua hari, Senin-Selasa (26-27/11/18). (Ria Eka Lestari)
Discussion about this post