PWMU.CO – Setiap anak menuju dewasa akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tahap itu dimulai semenjak janin berada di dalam kandungan hingga saat dia berusia dua tahun.
Hal inilah yang disampaikan Lely Ika Maryati MPsi, Pengelola Lembaga Pendidikan Orangtua dan Anak (LPOA) Dinar milik Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur, dalam acara Samara Course yang di adakan oleh Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Gresik, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Ahad (25/11/18).
Menurut Lely, masa dua tahun pascakelahiran adalah saat penentuan perkembangan otak seorang anak atau disebut golden age. “Perkembangan dan pertumbuhan fisik pada masa bayi hingga usia dua tahun diawali beberapa tanda,” urainya.
Pertama gerak reflek. “Bayi akan lebih sensitif ketika distimulasi dengan sentuhan dan suara misalnya ketika ia dipegang telapak kaki maka secara langsung kaki bayi akan menedang,” kata Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini.
Kedua, perkembangan fisik. Selain stimulus lingkungan yang melatih saraf motorik, jelasnya, gizi dan tidur merupakan faktor yang mempengaruhi berat dan tinggi bayi. Selain itu otak akan terkoneksi dengan penebalan zat kelabu hingga mencapai puncaknya yakni di usia tiga bulan.
“Ketiga kognitif, yang mencakup persepsi, memori, konsepsi, dan imitasi mulai terlatih,” ujar dia.
Keempat, perkembangan bahasa. “Ada tahap merespon gerakan kasar, suara yang mengagetkan hingga usia 24 bulan yang mengenal 200-250 kata,” ujarnya.
Kelima sosial. Faktor inilah yang menjadikan sebuah produk sosialisasi timbal balik antara orangtua dan anak sehingga terbentuk perangai anak.
“Keenam emosi. Sebuah perasaan atau afeksi yang melibatkan bercampurnya gejolak psikologis dan prilaku yang tampak,”
Mnurut Lely, dari enam faktor itu, apabila ada yang terganggu atau tidak sesuai tahapannya bayi secara otomatis mengalami gangguan seperti down sindrom, gizi buruk, gangguan pencernaan, dan gangguan otak organik yang mengakibatkan kepercayaan dasar terhadap dunia dan kesehatan fisik terganggu.
Selain itu, wanita yang berprofesi sebagai psikolog ini menyampaikan kepada 73 peserta bahwa peran suami-istri dalam pengasuhan seorang anak itu sangatlah penting. “Sehingga harus ada relasi yang baik dalam menjaga rumah tangga,” ucapnya.
Lely juga memberikan beberapa tips untuk meningkatkan rasa kesadaran kognitif dengan pendekatan spiritual dan pengetahuan, mengenali situasi yang menyebabkan stres, mencatat semua permasalahan dan menselesaikan satu persatu. “Dan hindari dominasi salah satu pihak dengan memberikan ruang dan menghargai pasangan,” ucapnya.
Dia juga menyarankan agar suami istri sesekali melakukan perkerjaan domestik secara bersama-sama. “Dan luangkan waktu untuk rileks berdua,” pesannya. (Iid)
Discussion about this post