PWMU.CO – Human Resources Departement (HRD) Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB menggelar Bedah Buku Sekolah Biasa Saja karya Toto Rahardjo di SD Muhammadiyah 1 GKB, Gresik, Selasa (11/12/18).
Hadir sebagai narasumber Wakil Ketua Pimpinan Daerah Kabupaten Gresik A. Sidiq Notonegoro MPdI dan Kepala SD Muhammadiyah 1 GKB Foni Libriastuti SSi MSi. Sedangkan bertindak sebagai moderator adalah Kepala SMPM 12 GKB Hari Widianto MPd.
Sidiq menjelaskan, buku ini menuntut keberanian para pendidik untuk keluar dari sistem pendidikan formal yang hanya fokus pada UN (ujian nasional). Dengan buku ini, ujarnya, penulis ingin mengembalikan proses pembelajaran di sekolah sesuai fitrah atau sunnahtullah siswa.
“Karena siswa secara alamiahnya adalah unik dan menggembirakan maka metode pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah harusnya fun (gembira) dan happy (bahagia),” terang Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik ini.
Selain itu, lanjut Sidiq, guru tidak seharusnya mereproduksi pengalaman yang tidak menyenangkan pada masanya kemudian diproduksi kembali pada era sekarang. Misalanya pemberian PR yang berlebihan kepada siswa.
“Selayaknya guru bisa lebih memahami kondisi dan karakteristik siswanya. Bisa jadi siswa yang tidak mengumpulkan PR itu karena siswa tidak faham atau tidak bisa mengawalinya,” ujarnya.
Sidiq mencontohkan, biasanya jika ada anak yang suka memanjat pohon, biasanya orangtua atau guru melarangnya. “Padahal dengan memanjat pohon itulah proses belajar bagi anak tentang keseimbangan. Kalaupun dia jatuh, justru si anak akan lebih tahu tentang kekuatan ranting, batang, dan mengetahui tinggi pohon,” paparnya.
Sementara itu Foni Libriastuti menyoroti metode pembelajaran yang ditawarkan dalam buku tersebut. Salah satunya sekolah berbasis riset melalui pengalaman sang penulis yang telah mengunjungi sekolah Sekolah Sanggar Alam (Salam) di Nitiprayan Bantul, Yogyakarta.
Foni menjelaskan, Salam bukan seperti halnya sekolah alam pada umumnya, sebab yang diunggulkan bukan lokasi di dekat sawah atau memanfaatkan alam semata. “Namun siswa dituntut untuk belajar secara mandiri menemukan hal menarik yang mereka temukan untuk dikonstruksi lebih lanjut dalam risetnya,” ujar Foni menjelaskan konsep Salam yang dibahas di bukut tersebut.
Dari konsep itu, lanjut dia, sekolah tidak menciptkan siswa menjadi follower (pengikut), peniru, atau penghafal belaka. “Akan tetapi menjadikan siswa sebagai aktor utama atau penemu,” jelas Foni yang baru diwisuda dari Program Magister Psikologi Sains Ubaya tersebut.
Terdapat tiga tahap daur belajar yang dikembangkan Salam. Pertama, perencanaan. Tahap ini mengkolaborasikan peran orangtua dan fasilitator dalam membimbing siswa menemukan gagasan riset yang dekat dengan lingkungan sekitar dan menarik untuk diteliti yang selanjutnya akan disusun rencana riset.
“Jadi di sekolah tidak ada namanya guru. Yang ada adalah fasilitator yang mendampingi dan membimbing siswa dalam belajar,” ujarnya.
Tahap kedua, pengembangan riset. Pada tahap ini siswa akan mengatur diri untuk melakukan penelitian, pengambilan data, dan dokumentasi. Selama riset, siswa dibatasi dalam penggunaan gadget. Jika benar-benar kesulitan maka yang menjadi rujukan pertama adalah buku dan nara sumber atau para pakar.
Tahap akhir dari daur belajar adalah pelaporan dan presentasi. Siswa dilatihkan untuk memiliki keterampilan literasi yang baik dan juga sikap mental yang jujur, disiplin, dan juga percaya diri.
“Untuk bisa lancar menulis harus banyak membaca sehingga akan memperkaya imajinasi siswa dan juga diksi. Selanjutnya pelaporan dilakukan di akhir semester melalui kegiatan pameran atau pertunjukan,” terang Foni.
Kegiatan bedah buku setebal 254 halaman itu diikuti oleh 60 guru SDM 1 GKB, SDM 2 GKB, SMPM 12 GKB, SMAM 10 GKB, dan sekolah mitra yaitu SDM 4 Giri dan MTs Muhammadiyah 8 Benjeng.
Jamilah SSi, Waka Kurikulum SMAM 10 GKB sangat tertarik dengan bedah buki ini. “Selain bisa menambah wawasan juga menjadi refleksi dan sekaligus referensi pengembangan pembelajaran disekolahnya walau tidak semuanya harus digunakan dan cocok,” tuturnya.
Ketua Majelis Dikdasmen PCM GKB Nanang Sutedja SE MM menyampaikan, kegiatan knowledge management sharing (pengembangan manajemen pengetahuan) melalui kegiatan bedah buku merupakan ciri organisasi modern yang terus bertumbuh sehingga pengelolaan kompetensi SDM menjadi titik utama untuk di-sharingkan.
“Bedah buku ini akan diselenggarakan tiap tiga bulanan agar menjadi forum learning and sharing (belajar bersama) sehingga sekolah bisa adjustable (menyesuaikan) terhadap perubahan zaman,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Sinergi HRD Erna Ahmad MPd menjelaskan, Sekolah Biasa Saja merupakan buku kedua yang dibedah di tahun 2018 ini. “Sebelumnya adalah bedah buku Teach Like Finland karya Timothy D. Walker,” terangnya. (Anis Shofatun)
Discussion about this post