PWMU.CO – Era 4.0 adalah saat di mana semua lini pekerjaan mulai dihijrahkan dari berbasis offline menjadi berbasis online.
Untuk itu tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah mengubah cara kerja agar berbasis era 4.0. Perubahan ini bisa diawali dengan hal sederhana seperti membuat Group WhatsApp (WA) untuk pembelajaran jarak jauh.
Hal itu disampaikan Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gresik Kota Baru (GKB) Nanang Sutedja SE MM, saat memberikan materi pada acara pembinaan guru yang bertajuk Teacher’s Development – Work without Limits di Cordoba Convention Hall SMA Muhammadiyah 10 GKB, Sabtu (22/12/18).
Menurut dia, ada enam perangkap yang harus dihindari dalam menjalani perubahan ini. Untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh tentang hal itu, PWMU.CO mewawancarai Nanang Sutedja di Gresik, melalui sambungan telepon, Senin (23/12/14) siang.
Pertama, Success Trap. Menurut Nanang, jebakan kesuksesan masa lalu adalah hal yang paling berbahaya. “Karena saat suatu sekolah telah meraih sebuah prestasi, mereka akan nyaman dan bangga dengan kesuksesan itu. Mereka akan tertidur nyenyak dan akhirnya disalip oleh prestasi kompetitornya,” jelasnya.
Kedua, Competency Trap. “Ketika sekolah kita dianggap paling berprestasi, sebenarnya ini adalah bom waktu bagi kita,” jelas dia. Sebab, lanjutnya, sekolah lain akan berbondong-bondong mengamati sekolah kita, kemudian mereka meniru dan memodifikasi langkah-langkah kita selama ini.
“Oleh karena itu kita juga harus memahami kompetensi kompetitor lama kita, dan jangan pernah abaikan kompetitor baru yang mulai bermunculan,” terangnya.
Ketiga Sunk Cost Trap. Jelas sekali, kata Nanang, dengan biaya yang relatif murah kadang sebuah instansi menawarkan segudang program berkualitas. “Tentu saja hal ini perlu diwaspadai. Karena kualitas sebuah produk akan berbanding lurus dengan cost yang harus dikeluarkan, jadi jangan ter-iming-iming dengan jebakan biaya murah,” paparnya.
Keempat, Blame Trap. Menurut Nanang, menyalahkan orang lain adalah sebuah kesalahan besar dalam berproses. “Bukan orangnya yang kita salahkan, tapi prosesnya yang kita evaluasi,” jelasnya. “Saling melengkapi setiap kekurangan adalah kuncinya.”
Kelima, Canibalization Trap (New Product). Merasa puas dengan produk yang sudah ada dan enggan menciptakan produk baru, adalah jebakan yang perlu diwaspadai. Pasalnya, semakin bertambahnya tahun semakin bertambah pula kompetensi dan daya kreativitas kompetitor kita.
“Kalau tidak berinovasi, maka sekolah-sekolah kita akan tergilas dengan sekolah-sekolah baru dengan sejuta program unggulannya,” ujarnya.
Nanang menekankan pentingnya mendorong kreativitas bagi guru dan karyawan sehingga program yang ditawarkan dan dilaksanakan selalu up to date. “Pengembangan kompetensi SDM secara terus menerus adalah kuncinya,” tutur dia.
Keenam, Confirmation Trap. Untuk menghadapi perubahan, kata Nanang, kita harus bersikap responsif. “Terkadang kita terjebak dalam pikiran yang mengharuskan semua sempurna, harus siap terlebih dahulu. Hal ini harus dihindari, kita harus siap kapan pun, karena kompetitor kita akan berlari kencang ketika kita menunggu keadaan sempurna dan siap,” paparnya.
Menurut Nanang, quick respon dan mengoptimalkan segala potensi yang ada di organisasi, terutama knowledge management adalah kunci untuk menghindari jebakan ini. (Nasafi)
Discussion about this post