PWMU.CO – Umat Islam selama ini masih saja menjadi penonton di berbagai aspek. Bahkan ada yang menggambarkan umat Islam di Indonesia bagaikan raksasa yang bertubuh besar tetapi berkaki lempung (tanah lembek).
Ketua Umum Pimpinan Wilayah Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KBPII) Jawa Timur Prof Dr Zainuddin Maliki MSi menyampaikan pernyataan itu dalaM Workshop Kependidikan dan Pembelajaran yang dihelat oleh Pimpinan Cabang (PC) KBPII Kabupaten Jember, Rabu-Kamis, (26-27 /12/2018) di Ponpes Madinatul Ulum Pimpinan KH Luthfi Ahmad, Jenggawah, Jember, Jatim.
Zainuddin menuturkan, Rasulullah SAW pernah memprediksi perkembangan umat Islam yang dijadikan bancakan oleh kelompok lain. “Bukan karena jumlahnya sedikit tetapi jumlahnya banyak namun bagaikan buih,” ujarnya mengutip sebuah hadits.
Mencermati kondisi seperti itu, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini menawarkan konsep pendidikan yang mendidik (education and educating). “Education and educating adalah langkah yang paling tepat untuk memperbaiki kondisi umat Islam,” kata Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu.
Tetapi masalahnya, sambungnya, pendidikan yang ada di kalangan umat Islam khususnya di Indonesia pada umumnya belum menggambarkan keadaan yang kita inginkan.
“Yang terjadi adalah pendidikan yang tidak mendidik, education but not educating. Yang terjadi adalah pengajaran yang menjadikan anak-anak didik cerdas secara akademis, secara intelektual, tetapi tidak cerdas secara moral emosional dan spiritual,” ungkapnya.
Menghadapi kondisi pendidikan seperti itu, Zainuddin mengusulkan pembenahan dunia pendidikan secara lebih komprehensif. “Sejauh ini siswa didik kita dijejali berbagai macam mata pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak sehingga tidak cukup bagi guru-guru untuk menerapkan strategi pembelajaran mendalam atau apa yang disebut dengan deep learning,” paparnya.
Padahal, dia melanjutkan, untuk membentuk kepribadian, watak, dan pengembangan kreativitas membutuhkan pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning bukan hanya learning to know. Sehingga siswa hanya sekadar tahu tetapi pendidikan juga harus bisa mengarahkan siswa learning to do, siswa bisa melakukan.
“Tidak hanya berhenti di situ, siswa kemudian belajar menginternalisasi apa yang dikerjakan itu menjadi learning to be dan setelah menjadi watak diri siswa kemudian dijadikan bekal untuk belajar memasuki kehidupan bersama atau learning to live together,” terangnya.
Menurut mantan Ketua Dewan Pendidikan Jatim ini, pembelajaran mendalam membutuhkan waktu yang cukup. Siswa harus ditempatkan dalam posisi sebagai subjek pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk banyak mengambil inisiasi siswa diberi kesempatan untuk mengalami dan guru harus kreatif.
“Tidak hanya memanfaatkan media by design tetapi guru harus memiliki kreativitas yang cukup untuk memanfaatkan media by utilization seperti pemanfaatan lingkungan di sekitar kita seperti lingkungan ekonomi, budaya, hukum, kesehatan, ketenagakerjaan, pertanian, nelayan dan lain-lain,” terang Calon Anggota DPR RI PAN nomor urut 2 Dapil Lamongan-Gresik.
Ketua Umum PC KBPII Kabupaten Jember dr Bambang Indra Hascaryo THT mengatakan, workshop ini merupakan kerjasama dengan sejumlah guru di beberapa pondok pesantren. “Dimaksudkan untuk memperkenalkan dan memperdalam strategi pembelajaran deep learning,” ucapnya. (Sudono Syueb)
Discussion about this post