PWMU.CO – Kebahagiaan terpancar dari wajah Imilda Nurrida, 24 tahun, dan suaminya: Febrin Octo Harianto, 27 tahun. Pasalnya, Kamis (3/1/2019), pasangan suami istri tersebut bisa kembali pulang ke pulau Bawean setelah sebelas hari sejak Senin (24/12/18) berada di Gresik untuk proses ruukan melahirkan.
Sebenarnya, Ahad (30/12/18) lalu, suami-istri asal Desa Sembayat Kec Manyar Gresik ini sudah boleh pulang ke rumah orangtua sang suami di Bawean. “Namun karena gelombang tinggi beberapa hari yang lalu, makanya baru hari ini bisa layar,” ujar Febrin.
Kepada PWMU.CO, dia menjelaskan bahwa kedatangannya di Gresik tidak direncanakan. “Istri saya akan melahirkan di RS Bawean, namun harus dirujuk ke RSUD Ibnu Sina Gresik karena istri saya darah tinggi. Kata dokter berisiko sehingga saya harus berlayar,” cerita Febrin.
Menurutnya, dia dan istri hanya membawa KTP serta pakaian yang hanya melekat di badan. “Awalnya saya tidak mau karena tidak punya biaya. Namun akhirnya kami ke Gresik didampingi bidan dari RSUD Umar Mas’ud Bawean,” ungkap Febrin yang sehari-harinya bekerja sebagai pencari ikan belut ini.
Akhirnya, mereka memutuskan naik kapal Bahari Express Senin (24/12/2018). “Baru 45 menit berlayar, anak saya lahir. Ya gimana lagi, sudah bukaan 8 dan saya sudah tidak kuat,” ujar Imilda, sang istri.
Akhirnya mereka dibawa ke RSUD Ibnu Sina untuk mendapatkan perawatan. Apalagi putra mereka harus di ruang NICU (neonatal intensive care unit) karena mulutnya tidak sempurna. “Bayi saya tidak bisa langsung menyusu karena tidak sempurna. Jadi anak saya harus belajar beberapa hari agar bisa saya susui,” ungkap Imilda.
Febrin dan Imilda awalnya sempat kebingungan soal biaya. Hal ini karena mereka tidak memiliki asuransi apapun dan tidak punya uang. Imilda hanya sebagai ibu rumah tangga. Tulang punggung keluarga adalah Febrin sebelumnya merupakan pengusaha pengiriman ikan. Dia mendistribusikan ikan-ikan tersebut dari Bawean menuju Paciran, Lamongan.
“Usaha saya bangkrut November 2018 silam, ikan-ikan saya dicuri di Pelabuhan Paciran, padahal modal usaha saya pinjam ke orang-orang. Total kerugian saya sampai Rp 60 juta,” kata Febrin.
Melihat kejadian tersebut, Lazismu tidak tinggal diam. Sekretaris Badan Pengurus Lazismu Gresik, Kemas S. Rizal SE mengusahakan agar kebutuhan keluarga tersebut terpenuhi selama di RSUD Ibnu Sina Gresik.
“Saya pada saat itu satu kapal menuju daratan Gresik bersama ketua Kantor Layanan Lazismu (KLL) Daun Sangkapura, Rahman Hakim, ” ujar Kemas. Menurutnya, mereka terketuk hati membantu keluarga tersebut.
Akhirnya, setelah sampai di RSUD Ibnu Sina mereka membantu berkomunikasi dengan pihak pemerintah agar bantuan sosial turun. Menurut Kemas, setelah melalui proses yang agak berliku, akhirnya keluarga tersebut mendapatkan Kartu Gresik Sehat (KGS-BPJS) sehingga seluruh biaya rumah sakit gratis. Lalu, untuk kebutuhan sehari-hari dibantu oleh Lazismu, dan tempat tinggal sudah disediakan oleh RSUD Ibnu Sina/Dinas Kesehatan Kab. Gresik berupa rumah singgah (RTK-Rumah Tunggu Kelahiran).
Pendampingan Lazismu tidak berhenti sampai pembuatan BPJS. Rabu (2/1/19), Febrin mengunjungi kantor Bahari Express didampingi oleh staf Lazismu Abdul Halim untuk kepengurusan tiket.
“Alhamdulillah, pihak Bahari Express menggratiskan biaya berlayar untuk bayi dan ibunya selama 25 tahun mendatang, sebagai bentuk hadiah karena kelahiran terjadi di kapal tersebut. Dan untuk ayahnya gratis berlayar selama 4 kali PP,” ujar Abdul Halim.
“Alhamdulillah keluarga tersebut hari ini pulang ke Bawean. Terimakasih atas kepercayaan bapak ibu telah berdonasi ke Lazismu. Barakallah,” ujar Kemas (Liesna)
Discussion about this post