PWMU.CO – Beri hak anak untuk menjadi anak-anak. Jangan ambil hak mereka dengan memaksa anak-anak untuk melakukan tindakan orang dewasa.
“Misalnya anak-anak TK dan ibtidaiyah mestinya lebih banyak bermain, tapi dipaksa belajar matematika. Terpaksa anak-anak harus sering mengernyitkan dahi karena harus berfikir keras, sehingga menjadikan anak-anak dewasa sebelum waktunya,” kata Prof Dr Zainuddin Maliki, MSi.
Penasehat Dewan Pendidikan Jawa Timur itu berbicara pentingnya hak anak di depan ikatan wali murid TK Aisyiyah, Madrasah Ibtidiyah Muhammadiyah 1, dan Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Ujungpangkah, Gresik (5/1/19).
Zainuddin Maliki, yang juga Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Jawa Timur itu, menegaskan berbahaya jika anak-anak kehilangan haknya untuk menjadi anak-anak. “Bahayanya nanti setelah dewasa. Orang dewasa yang pernah kehilangan hak menjadi anak-anak di masa kecil, akan berperilaku kekanak-kanakan. Tidak sadar kalau dirinya sudah menjadi dewasa. Bahkan, tidak sadar kalau sudah jadi anggota DPR,” urainya.
Oleh karena itu, sambungnya, tidak salah jika Gus Dur pernah mengatakan jika DPR seperti taman kanak-tanak.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya 2003-2008 dan 2008-2012 itu menganjurkan agar para guru dan orangtua memberi hak anak-anak untuk menjadi anak-anak, seperti memperbanyak kesempatan bermain.
“Jangan dikira anak bermain itu tidak belajar,” tegas Zainuddin Maliki yang di tahun 2019 ini tercatat sebagai calon anggota DPR RI dari PAN No. 2 daerah pemilihan Gresik-Lamongan.
Anak-anak bermain, ujarnya, tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisiknya, tetapi juga otak dan emosi mereka. Menurut Zainuddin, anak-anak bergerak, berteriak, menangis dan ada yang tertawa ketika bermain, membuktikan motorik dan psikomotorik anak-anak bekerja.
“Dan itu positif bagi pertumbuhan kognitif, psikomotorik, dan afektif mereka,” tegas Zainuddin Maliki yang pernah diskusi tentang parenting dalam Shortcourse on Education di Strathlcyde University, Glasgow, Scotlandia itu.
Kepada para guru, ustadz dan ustadzah, Zainuddin menyarankan mengenali sifat watak bawaan dan minat para anak didiknya. “Oleh karena itu jangan segan-segan untuk minta informasi dari para orangtua siswa mengenai sifat, watak bawaan, dan minat anak-anak,” pesannya.
Dengan demikian, lanjtunya, para guru, ustadz dan ustadzah, di sekolah bisa mengembangkan potensi anak-anak didik dengan pendekatan yang tepat sesuai watak sifat bawaan dan minat anak yang satu sama lain berbeda. “Karena perbedaan watak dan minat anak-anak itu maka membutuhkan pendekatan yang berbeda pula,” ujarnya.
Dalam kegiatan pembagian raport yang dihadiri ibu-ibu wali siswa itu, Zainuddin membagikan majalah dan memperoleh sambutan positif. Mengingat jumlahnya terbatas sempat membuat ibu-ibu berebut untuk mendapatkannya.
Menurut dia, ini pertanda minat baca ibu-ibu wali siswa di Ujungpangkah sangat tinggi. “Minat baca atau kesadaran literasi adalah ukuran kemajuan sebuah masyarakat,” ujar Zainuddin. (MN)