PWMU.CO – Seorang ibu harus selalu update terhadap konsep-konsep pengasuhan. Hal tersebut diungkapkan Aning Rahmawati ST, nara sumber Kajian Dakwah Islami (KDI) di Masjid At Taqwa Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar, Gresik, Selasa (15/1/19).
Kajian rutin dua bulanan bertajuk ‘Perempuan Ahli Surga dan Pilar Peradaban Bangsa’ ini diselenggarakan oleh Ikatan Wali Murid (Ikwam) SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik dan menggandeng Ikwam Play Group Tunas Aisyiyah PPI dan TK Aisyiyah 36 PPI.
Dalam kajian yang dibuka untuk umum tersebut, Aning mengingatkan peserta kajian untuk selalu meng-update dunia pengasuhan masa kini. “Jika Ibu ketinggalan, maka anak ini akan melejit bukan menjadi positif, tapi melejit dengan kepribadian yang split (ganda),” tegasnya.
Aning mengatakan, fitrah seorang anak itu bersih dan suci. “Tidak ada anak yang dilahirkan dalam keadaan bodoh,” ujarnya.
Kemudian ia mengambil selembar kertas dan meremasnya. “Kertas ini kalau saya remas-remas seperti ini, atau kalau saya robek, bisa kembali seperti semula ndak?” tanya Aning kepada peserta.
“Tidak bisa,” jawab peserta serentak.
“Itu yang terjadi pada Ryan!” ujar Aning disusul heningnya peserta kajian.
Aning menceritakan kisah nyata seorang anak asal Jombang bernama Ryan yang tega memutilasi manusia. “Memisahkan badan dari kepala, memisahkan tangan dari kaki!” ujar dia.
Ia melanjutkan, seorang penyiar televisi swasta pernah mewawancara Ryan, mengapa bisa mengalami kasus yang sungguh biadab. “Apa kata Ryan. Aku haus kasih sayang seorang ayah. Aku ingin dipeluk ayah,” ujarnya kepada kurang lebih 150 peserta kajian.
Perempuan asal Sidoarjo ini mengingatkan pentingnya orangtua membangun konsep diri pada anak. “Usia satu sampai dua tahun, dekatkan dengan ibunya. Usia dua sampai enam tahun, jika perempuan dekatkan dengan ibunya, jika laki-laki dekatkan dengan ayahnya. Setelah itu, disilang supaya seimbang,” paparnya.
Jika tahap itu tidak dilalui dengan baik, lanjutnya, konsep diri anak akan rapuh. “Di usia dua sampai enam tahun itu, anak akan memahami bagaimana menjadi perempuan dan laki-lakinyang sebenarnya,” ungkapnya.
Dalam slide-nya, Aning menampilkan sembilan bagian otak dalam pengasuhan anak. Di antaranya Pre-Frontal Cortex, Hipotalamus, Hipocampus, Basan Gaulia, Amigdala, Sensorik Motorik, Cerebelum, Cortex Parientalis, serta Area Broca dan Werniche.
Aning menegaskan, Amigdala adalah otak emosi. “Ini menentukan 80 persen kesuksesan anak pada masa dewasanya,” jelasnya.
Di usia nol sampai dua tahun, kata Aning, anak tidak boleh dibentak dan diancam. “Meski dengan kalimat yang lembut. Tetap jangan membentak dan mengancam,” tuturnya.
Ia menyarankan untuk mengajak anak di usia tersebut berkomunikasi. “Misalnya ketika waktu shalat, ucapkan ini waktunya shalat, lafalkan kalimat tauhid,” jelasnya memberi contoh.
Untuk mengatasi perilaku buruk balita, Aning menyarankan orangtua untuk membangun koneksi dan sebut perasaan di balik perilaku itu. “Tegur perilakunya, beri pilihan-pilihan, dan terus bergerak maju,” tuturnya. (Vita)
Discussion about this post