
PWMU.CO – Ludruk Jula-juli garapan Lembaga Seni, Budaya, dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik ikut memeriahkan Tabligh Akbar Muhammadiyah Gresik di SMAM 10 GKB, Jalan Mutiara 95 PPS Gresik, Ahad (20/1/19).
Mengangkat lakon dari gagasan jihad politik, penampilan mereka cukup menggelitik. Seperti cuplikan dialog ini.
“Warga Muhammadiyah itu harus melek politik. Jangan berdoa dan berdakwah saja.”
“Eh … ngawur saja. Kata siapa Muhammadiyah itu cuma berdoa dan berdakwah.”
“Mbok Bariyah dodolan (jualan)
teri Muhammadiyah bertaawun untuk negeri.”
Kontan saja dialog itu membuat hadirin gerr-gerran.
Kepada PWMU.CO, Sri Wahyuni, sutradara ludruk, menyampaikan bahwa ludruknya ingin menyampaikan kritik tanpa menyakiti. “Kami ingin menyampaikan syiar-syiar, saran, serta kritikan khususnya dari Muhammadiyah lewat seni yang tidak menyakitkan,” tandasnya.
Pesan dari lakon ludruk ini, sambung Uyun, sapaannya, warga Muhammadiyah sudah waktunya naik menjadi pelaku dalam kancah perpolitikan nasional dengan mengirimkan kader terbaik, bukan hanya menjadi penonton. ”Karena itu lakon ludruk kali ini judulnya Wis Wayahe Munggah Bale,” terangnya.
Seperti pada dialog yang disampaikan tadi para pemain antusias munggah (tampil) nyalonkan diri. Ada yang melakonkan sebagai calon anggota DPRD, Gubernur bahkan Presiden.
Uyun menjelaskan, perjuangan menegakkan amar makruf nahi mungkar itu lebih mudah jika Muhammadiyah ikut sebagai pengambil keputusan dalam bernegara.
Dia mngatakan, selama ini Muhammadiyah dikenal perintis gerakan filantropi Islam dengan cara membangun panti asuhan, rumah singgah, rumah sakit, Lazismu, dan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
Soal penampilan ludruk, Uyun menjelaskan bahwa dia mulai mengajak anggota dari berbagai kalangan untuk peran yang sesuai. “Ada pemain, sinden, dan pemain gamelan,” ucapnya.
Akhirnya ada tujuh pemain ludruk dan empat pemain gamelan yang terpilih. Yaitu Sri Wahyuni sendiri sebagai sutradara sekaligus pemain gamelan, Sekretaris SLBO PDM Gresik AH Nurhasan Anwar berperan sebagai Cak Anwar, Bendahara SLBO Abizar Purnama sebagai Cak Abi, Ketua Majelis Dikdasmen PCM Gresik Ahmad Subagio berperan Cak Yono, guru SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Nur Aini Octafiya sebagai Yuk Fiya, guru SD Muhammadiyah 2 Gresik Endang Arfiyanti sebagai Yuk Yanti, warga Muhammadiyah Wahyu Lazuardi sebagai Cak Ardi.
Ada lagi M. Cholil, alumni SMAM 1 Gresik, sebagai Cak Cholil, Raja Iqbal sebagai Cak Iqbal, M. Dimas Prayogi sebagai Cak Kopral dan aktivis Nasyiah Kebomas Zahara Firdausi sebagai Yuk Irda.
Ahmad Subagio mengaku senang bisa bergabung dan merasakan jadi pemain ludruk, “Kayak begini to susahnya jadi pemain. Kendala saya itu pada saat menyesuaikan musik dengan kidungan,” ujarnya.
Cak Yoyon berharap ludruk ini tidak sampai di sini. “Kami berharap PDM Gresik bisa menfasilitasi kami untuk lebih baik ke depan mencetak kader-kader seni selanjutnya. Kita buktikan bahwa ludruk itu bukan identik dengan hal-hal yang negatif,” harap dia.
Untuk menghidupkan kembali ludruk di era 50-an yang begitu terkenal, dia akan mendukung SLBO untuk menggerakkan AUM yang berbakat di dalam seni.
Tampilan Uyun dan kawan-kawan pun membuat hadirin terpingkal-pingkal, seeperti nyayian jula-juli ini.
“Ayo dulur melu ngupoyo, melu aktif mbangun negoro. Pilih seng apik ojo seng olo, supoyo mbeson ora ngersulo.
Indonesia negoro gedhe, ojok digawe guyon ae. Kudu serius olehe mergawe, ben gak diiyek negoro liyane.” (Ian Ianah)
Discussion about this post