PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H Haedar Nashir MSi menyampaikan makna dan nilai taawun dalam ceramah di Tabligh Akbar Muhammadiyah Gresik, Ahad (20/1/19).
“Taawun untuk negeri itu pertama menanamkan spiritualitas kita, ruhani kita, bahwa bertaawun itu bagian dari ruhani kerja sama,” ujarnya.
Menurutnya, taawun punya makna ruhaniyah. “Kalau kita bertaawun itu ya nilai berkahnya akan kembali pada kita juga,” jelasnya.
Selain itu, kata Haedar, ada juga nilai sosial yang sangat berharga dari spirit taawun. “Yakni kita beramal saleh, kita ber-taawun, dengan siapa pun, itu tanpa pandang bulu, tanpa diskriminasi, itu ajaran inklusifnya Islam,” paparnya.
Haedar menceritakan, dulu umat Islam yang mau kembali setelah perjanjian Hudaibiyah ke Mekkah merasa terhalangi. “Lalu suatu saat ada kaum Quraisy dari arah timur mau datang ke Mekah, lalu umat Islam mau menghalang-halangi. Nah Nabi, menegur. Jangan, biarpun mereka menyakiti kita, menghalang-halangi kita, kita jangan menghalang-halangi mereka, kata Nabi,” cerita dia. “Ini memang susah ya, ajaran seperti itu.”
Haedar menegaskan, jangan karena kebencianmu terhadap suatu kaum lalu kamu membalasnya dengan perbuatan yang melampaui batas. “Ini luar biasa ajaran ini. Ini inti ihsan. Jadi, Muhammadiyah ingin menggerakkan itu,” tegasnya.
Haedar kemudian memberi contoh Muhammadiyah hadir dengan amal usaha di kawasan timur. “Jadi selain ke Pulau Arar, kami ke Kokoda. Nah ini bentuk taawun untuk negeri. Kokoda itu satu etnik terbesar di Papua Barat yang sangat terkenal susah,” kata dia.
Dia mengatakan, kawasan ini secara Muslim minoritas, tapi Muhammadiyah berbuat. “Saya sering cerita, amal usaha kita mulai SD, TK ABA, SMP, SMA, madrasah, pondok pesantren, sampai perguruan tinggi itu ada di kawasan ini dan lumayan alhamdulillah besar,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Universitas Muhammadiyah Sorong sekarang mahasiswanya tujuh ribuan. “Yang baru sekarang, IKIP Muhammadiyah Sorong (Universitas Pendidikan Muhumamadiyah [Unimuda] Sorong) sekarang sudah empat ribu padahal belum lama,” ungkapnya bangga.
Menurutnya, ini nanti akan menjadi universitas pendidikan yang sangat besar karena kawasannya di sekitar lahan 60 hektar dan perannya sangat luar biasa. “Kemudian kita punya di Manokwari, kita punya di Jayapura. Universitas Muhammadiyah Ternate sekarang mahasiswanya sudah sekitar 10 ribuan. Universitas Muhammadiyah Kupang itu mahasiswanya sekitar 7 ribuan lebih. Dan itu mayoritas non-muslim,” paparnya.
Jadi, lanjut Haedar, tanpa bilang NKRI harga mati atau Bhinneka Tunggal Ika, Muhammadiyah telah mempraktikkan itu. “Cuma kadang mungkin karena suaranya tidak biasa suara lantang, Muhammadiyah itu hanya amaliyah. Sementara dalam tradisi Indonesia itu yang biasa didengar yang bersuara biarpun gak ada amalnya, kadang kurang diperhatikan,” jelasnya disambut tepuk tangan hadirin.
Haedar yakin, Muhammadiyah akan menjadi kekuatan besar. “Ini bentuk dari apa yang kita sebut sebagai taawun untuk negeri,” tegasnya. (Vita)
Discussion about this post