PWMU.CO – Pemilu 2019 merupakan batu ujian bagi umat Islam Indonesia. Apakah mereka akan memperoleh pemimpin yang cerdas, berintegritas, dan mampu memahami suara hati umat Islam yang notabene-nya sebagai mayoritas penduduk negara ini. Ataukah sebaliknya?
Pertanyaan itu dikemukakan Prof Dr Zainuddin Maliki MSi dalam Dialog Ideopolitor Angkatan V yang digelar Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat, di Yogyakarta, Selasa (22/1/19).
Pada kegiatan yang diikuti 48 peserta dari seluruh Indonesia itu, Caleg DPR RI dari Partai Amanat Nasional Dapil Lamongan-Gresik nomor urut 2 itu menegaskan, umat Islam akan memperoleh pemimpin yang diinginkannya itu jika bukan asal memilih.
“Jangan memilih hanya karena yang dipilih suka obral janji sambil bagi-bagi duit,” kata calon legislatif yang mendapat mendapat amanah dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim ini.
“Pilihlah pemimpin yang amanah, cerdas, berintegritas dan punya kapasitas memberdayakan umat,” ungkap mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Zainuddin mengungkap sejumlah ironi dalam negara yang dirancang oleh para pendiri bangsa berangkat dari asumsi bahwa mayoritas penduduknya adalah umat Islam. “Umat Islam itu pula yang menjadi sumber kekuatan utama dalam mengusir kolonialisme, tetapi hingga hari ini belum kunjung berhasil menempatkan umat Islam sebagai subjek,” ujarnya.
Umat Islam, sambungnya, lebih banyak berperan sebagai penonton dan bahkan dalam hal tertentu sering dijadikan sasaran persekusi. “Lihat saja dari 20 orang terkaya di Indonesia hanya satu saja yang beragama Islam,” ungkap penulis buku Agama Rakyat Agama Penguasa itu.
“Sedihnya lagi ada pihak-pihak yang dengan gampangnya melekatkan stigma radikal, teroris, intoleran, dan tidak mencintai NKRI kepada umat Islam,” ujarnya.
Menurut dia, agak berat bagi umat Islam untuk bisa menghasilkan pimpinan sebagaimana diharapkan. Karena fakta di lapangan masih banyak perilaku pemilih yang cenderung pragmatis. “Masih banyak umat ini yang terjebak dalam permainan politik uang. Hal ini karena kondisi ekonomi umat Islam mayoritas masih sangat menyedihkan,” ungkap dia.
Oleh karena itu, menurutnya, pemberdayaan ekonomi umat menjadi sesuatu yang mendesak jika ingin menjadikan umat Islam subjek politik di negara ini. “Namun hal itu juga tidak mudah oleh karena sumber daya ekonomi strategis saat ini banyak yang lepas dari tangan tangan anak negeri,” kata dia.
Zainuddin menegaskan, sumber daya ekonomi strategis sekarang ini lebih banyak di kuasai para pemburu rente. “Demikian juga sumber daya politik strategis seperti televisi dan media massa lainnya telah dikuasai oleh para pemburu rente yang dengan jelas tidak berpihak kepada umat Islam,” ujarnya.
Namun demikian, lanjutnya, sebenarnya umat Islam masih memiliki sumber daya yang sangat besar kekuatan energinya. Umat masih memiliki energi keyakinan akan kebenaran ajaran agamanya. Keyakinan itu pula menurut Zainuddin yang telah menggerakkan jutaan umat Islam beberapa kali berhimpun di Monas Jakarta.
“Mudah-mudahan keyakinan itu masih bisa diselamatkan. Kalau saja keyakinan itu sendiri sudah tergadai, maka pupuslah harapan umat Islam untuk memperoleh pemimpin sebagaimana yang di diharapkan umat dalam upaya memberdayakan diri,” ujarnya. (MN)
Discussion about this post