
PWMU.CO – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Muhammad Sholihin Fanani MPSDM mengatakan salah satu faktor yang membuat Persyarikatan Muhammadiyah mampu bertahan diusianya ke-106 Miladiyah, adalah karena para penggerak dan pimpinannya memiliki prinsip-prinsip pemikiran dan ideologi yang kokoh.
Hal itu disampaikan oleh Sholihin dalam diskusi di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Kamis (24/1/19).
Sholihin menyatakan, hingga kini, para pimpinan Persyarikatan masih kokoh memegang nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya. Keikhlasan dan militansinya kepada Persyarikatan juga tidak perlu diragukan lagi.
“Nah, inilah faktor yang menjadikan Muhammadiyah kuat dan bisa bertahan hingga kini. Bahkan, Persyarikatan yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini terus berkembang pesat,” katanya.
Menurut dia, faktor itulah yang kemudian menjadi sumber energi, inspirasi, motivasi, aktualisasi, dan orientasi para pimpinan Persyarikatan untuk membangkitkan Muhammadiyah sehingga terus bergerak menjalankan misi dan usahanya secara gigih dan tahan uji dalam berbagai situasi dan tantangan zamannya.
Pria asal Lamongan itu menyebutkan, sekarang ini tantangan dakwah Muhammadiyah di era modern dan serba canggih ini tidak semakin mudah. Maka dari itu, para pimpinan Persyarikatan harus mampu mengelola tantangan ini dengan lebih efektif, efisien, produktif, dinamis, dan progresif.
Ia melanjutkan, para pimpinan juga harus mampu mendorong, mengarahkan, mengatur, dan menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki oleh Muhammadiyah secara maksimal dengan menjauhi konflik yang dapat menghabiskan energi dan merugikan Persyarikatan.
“Sungguh besar energi warga Muhammadiyah. Hak itu yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan dakwah dan amal usaha Muhammadiyah. Bila energi besar ini tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, maka akan dimanfaatkan oleh orang lain dan akan menjadi salah sumber konflik internal,” paparnya.
Ia menyebutkan, konflik internal bisa terjadi akibat masing-masing orang merasa paling benar, paling penting, dan paling berjasa di Muhammadiyah.
“Nah, cara pandang seperti ini harus diubah. Kita ini sesungguhnya belum berjasa dalam membesarkan Muhammadiyah dan justru Muhammadiyahlah yang telah berjasa membesarkan nama kita,” tandasnya. (Aan)
Discussion about this post