PWMU.CO – Siswa-siswi International Class Program (ICP) SMP Muhammadiyah 12 GKB beruntung bisa bertemu dengan Koyama Rin, mahasiswi Jepang yang menjadi guru tamu alias Nihon Go Patner di sekolah berjulukan Spemdalas itu.
Sebab, mereka bisa secara langsung mendapat cerita dari warga Jepang bagaimana masyarakat di sana membangun budaya yang terkenal dengan keluhurannya itu.
Dalam kegiatan Sharing Session bertema Japanes Cross Culture Understanding atau Nihon no bunkan o rikoiqoshisuru yang berlangsung di Open Hall Spemdalas, Kamis (24/1/19), Koyama Rin memaparkan kepada 143 siswa ICP Spemdalas bagaimana budaya belajar di Jepang, perbedaan aktivitas belajar di empat musim, budaya antre, hidup bersih, kemandirian siswa, dan teknologi kereta cepatnya.
“Tanoshii, minna ga nihon go o hanasu to benkyou suru toki ni ureshiikatta desu,” ucapnya yang menyatakan dirinya bergembira bisa berbagi dengan siswa di sekolah ini. “Semoga siswa Spemdalas juga dapat belajar bahasa Jepang,” ujarnya dengan bahasa Indonesia.
Koyama Rin Sensei—sensei sebutan guru dalam bahasa Jepang—pun bertanya kenapa di Jepang tidak banyak sampah. Menurutnya, sekolah di Jepang tidak ada kantinnya dan bila siswa menemukan sampah di mana pun akan tetap dibawa dan disimpan di tas sampai menemukan tempat sampah atau bahkan di bawa pulang.
Dia juga menjelaskan jika orang di Jepang sangat menghargai budaya antre dan tradisi minta maaf. “Tidak perlu harus saling berebut,” ujarnya. Bahkan, sambungnya, jika ada kereta yang delay 3-5 menit, maka petugas kereta akan meminta maaf kepada penumpang dengan menghampiri di setiap gerbongnya.
Dalam kegiatan tersebut siswa-siswi Spemdalas juga mempromosikan budaya Indonesia kepada Koyama Rin. Seperti yang dilakukan Salsabila Meutia dengan menyajikan lukisan damr kurung khas Gresik. Sementara siswa lainnya menjelaskan sekaligus mempraktikkan aneka permainan tradisional milik Nusanatar bersama Koyama Rin.
Waka Kurikulum Spemdalas Anis Shofatun SSi MPd menyampaikan, kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan International Culture Week di mana siswa akan mengaplikasikan komunikasi tiga bahasa sekaligus yaitu Indonesia, Jepang, dan Inggris.
Dia mengaku pembelajaran karakter siswa tidak bisa dilakukan secara instan. “Menanamkan karakter nasionalisme inipun butuh ditumbuhkan secara terus menerus. Salah satunya dengan meningkatkan kecintaan siswa akan budaya bangsa dan keberanian mempromosikan kepada orang asing,” ujarnya.
Devano Maulana Cordova Rinaldi peserta dari kelas VII ICP menyatakan kegiatan seperti ini sangat bagus karena bisa membiasakan berkomunikasi langsung dengan orang asing. “Juga menambah wawasan ternyata sejak kecil anak Jepang itu sudah sangat mandiri dan pekerja keras,” ungkapnya. (AS)
Discussion about this post