PWMU.CO – Anggota Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik Nurul Wafiah MPd berkesempatan berbagi pengalaman bagaimana mengelola perpustakaan juara.
“Perpustakaan itu jantungnya sekolah. Idiom ini tentu menjadi pemikiran dan perenungan kepala sekolah sebagai gerak motor suatu lembaga sekolah,” ucapnya saat menyampaikan materi Revitalisasi Perspustakaan Sekolah, dalam Rapat Kerja Majelis Dikdasmen dan Kepala Sekolah Muhamamdiyah Tahun 2019 Se-Kabupaten Gresik, di Hotel Inna Tretes, Pasuruan, Sabtu (26/1/19).
“Perpustakaan sebagai sumber referensi harus diwujudkan dan benar-benar dinampakkan tidak sekadar angan belaka,” ujar guru SMAN Manyar Gresik yang ikut terlibat dalam menyiapkan perpustakaan sekolah menjadi Juara IV Lomba Perpustakaan Tingkat Nasioan 2018.
Menurut Nurul, buku tidak harus mahal karena saat ini ada e-book. Namun secara ideal, berbicara perpustakaan harus enam persyaratan.
Pertama, ada gedung. Menurut standar gedung perpustakaan memiliki luas 125 meter persegi. “Jika tidak ada maka ghirah-nya dulu, semangatnya dulu memiliki perpustakaan sebagai kebutuhan sekolah,” ujarnya.
Nurul menyarankan, jika gedung belum ada maka bisa dibuatkan pojok baca yang bisa ditaruh di tempat-tempat yang strategis.
Perpustakaan, tegas Nurul, harus mudah dijangkau atau dapat dilihat langsung dari depan. “Sehingga ketika siswa masuk sekolah maka pandangan yang pertama adalah perpustakaan dan tidak dekat dengan keramaian seperti kantin,” terang Nurul.
Dia menegaskan, perpustakaan harus berada di lingkungan sekolah dan aman. “Bisa diakses dengan cepat, mudah, dan aman,” ucapnya.
Kedua, ada integrasi dengan sumber daya manusia pustakawan. “Jika tidak ada maka pemberdayaan terhadap guru yang ada disertai dengan program menarik,” jelasnya.
Ketiga, ada koleksi buku. Jumlah buku yang didisplay maksimal hanya empat ekslempar untuk satu judul. “Sehingga rak buku tidak sesak dengan buku paket sekolah,” kata Nurul.
Nurul memberi solusi agar bagaimana perpustakaan memiliki banyak koleksi buku. “Bikim program dengan cara melibatkan wali murid untuk ikut menyumbang buku yang sudah dibaca atau baru,” ujarnya.
Lebih menarik lagi, sambungnya, di-display dengan menampilkan kearifan lokal di sekolah tersebut sehingga ada pojok khusus di perpustakaan sekolah dengan tema-tema yang menarik,” terangnya.
Keempat, ada program pengembangan. “Bisa men-display karya siswa di perpustakaan sehingga seorang siswa akan bangga ketika melihat karyanya terpampang dan menjadi penghargaan yang luar biasa,” ungkapnya.
Maka, ujarnya, perpustakaan tidak monoton hanya berisi buku-buku saja yang kadang kala membuat kejenuhan di siswa.
Kelima, ada pengelolaan dan pembiayaan yang menjadi perhatian sekolah. “Tidak hanya sebagai angan saja. Biaya ini bisa dari sekolah dan memberdayakan dari kemampuan wali murid secara bergotong-royong sehingga dengan kebersamaan ini mampu mewujudkan perpustakaan sebagai jantung sekolah,” ungkapnya.
Keenam, ada penguatan daya dukung pimpinan. “Ini bisa dilihat dari kehadiran di perpustakaan yang terdokumen. Sukses dan tidaknya kepala sekolah tergantung dari niat kepala sekolah”, tegas Nurul yang juga Dosen Universitas Muhaammadiyah Gresik.
“Hal-hal yang harus ada inilah yang mampu mewujudkan perpustakaan yang berstandar, syukur-syukur bisa juara lomba, amin,” ujar Nurul menyemangati kepala sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik. (Dimas Hasbi)
Discussion about this post