PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Prof Dr Zainuddin Maliki MSi mengingatkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di 100 hari pertama.
Bersama Wakil Gubernur Emil Dardak, Khofifah dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (13/2/19).
“Kita ingin agar Bu Khofifah bisa mempersiapkan di 100 hari pertama setelah dilantik itu bisa melaksanakan janji kampanye yang berkaitan dengan kesra di dalamnya, terutama menurut saya, yang paling penting adalah pendidikan,” ujarnya dalam perbincangan dengan PWMU.CO, di Hotel Santika, Bengkulu, Rabu (13/2/19). Kehadiran Zainuddin di Bengkulu dalam rangka mengikuti Tanwir Muhammadiyah.
Menurut Zainuddin, saat dipimpin oleh Pak De Karwo, Jatim menjadi provinsi yang pertumbuhan ekonominya di atas rata-nasional yaitu 5,59 persen. “Walaupun belakangan menurun 5,4 persen tapi masih di atas rata-rata nasional, yang 5,27 persen,” ujarnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya dua periode itu mengingatkan, problem yang perlu diselesaikan Khofifah adalah pemerataan ekonomi karena pertumbuhan yang tinggi di atas rata-rata nasional itu ditopang oleh PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang 47 persennya diperoleh dari empat kota saja. “Itu hampir 50 persen dari empat kota yaitu Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Kota Kediri. Artinya sumbangan dari kota-kota lain itu masih kecil,” ucapnya.
Oleh karena itu, sambung Zainuddin, ini merupkan pekerjaan yang harus ditangani serius oleh Khofifah sebagai gubernur baru. “Kalau melihat kapasitas Bu Khofifah sebagai mantan Menteri Sosial dan dianggap berhasil menangani masalah sosial, punya langkah-langkah yang bagus untuk menuntaskan, mengatasi kemiskinan, itu kita punya harapan bahwa Bu Khofifah bisa menciptakan pertumbuhan dan mendorong daerah-daerah lain untuk memberi sumbangan PDRB yang lebih besar dibanding yang selama ini bisa dilakukan,” ungkapnya.
Untuk memenuhi harapan itu, tentu saja harus ditopang oleh berbagai hal terutama sumber daya manusia. “Sumber daya manusia itu yang paling strategis ialah membenahi pendidikannya,” ucapnya.
Oleh karena itu konsep tistas, yakni gratis dan berkualitas, yang dicanangkan oleh Khofifah perlu ditangani lebih serius. “Konsep yang dilaksanakan Pak De Karwo dengan 70 persen SMK dan 30 persen SMA itu saya kira itu bagus komposisinya. Tetapi yang masih harus diisi oleh gubernur yang baru ialah bagaimana bukan sekadar perbandingan jumlah tetapi yang penting ialah kualitas SMK,” harapnya.
Zainuddin mengatakan, adalah kenyataan banyak SMK lyang fasilitasnya, sarana prasarananya masih sangat jauh dari apa yang seharusnya dimiliki. “Oleh karena itu kemudian SMK kita masih menggambarkan jumlah, bukan menggambarkan kualitas. Kalau mau benar gitu ya, anggaran satu SMK itu bisa untuk bikin dua atau bahkan tiga SMA. SMK yang terbaik kita itu masih kurang sarananya. Apalagi SMK-SMK di daerah,” jelasnya.
Zainuddin menyampaikan selama menjadi Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur dia sering memonitoring mutu SMK. “Banyak SMK yang masih memiliki sarana prasarana yang masih sangat kurang. Karena harus punya laboratorium, punya media-media pembelajaran, punya workshop, dan yang lebih penting lagi ialah bagaimana SMK memiliki sebuah sarana yang bisa dijadikan media untuk membangun lahirnya entrepreneur,” ungkapnya.
Calon Anggota DPR RI PAN dari Dapil Lamongan-Gresik nomor 2 ini mengatakan, SMK yang baik itu ialah SMK begitu anak-anak lulus, dia sudah tidak berbicara mencari lapangan kerja.
“Selama ini kan orang bilang SMK yang baik adalah SMK yang begitu lulus dibutuhkan, bisa diterima di lapangan kerja, di pasar kerja. Tapi menurut saya, begitu lulus, dia bukan diterima oleh lapangan kerja, tetapi dia bisa menciptakan lapangan kerja,” urainya.
Bagaimana caranya? “Caranya ialah anak SMK harus diberi tugas akhir. Tugas akhirnya adalah project. Dan project itu harus disiapkan sejak dia masuk kelas X,” jawabnya.
Dia menjelaskan, saat kelas XI para siswa sudah kelihatan, project-project itu bentuknya seperti apa. “Kelas XII itu dimatangkn di situ, mematangkan project yang sudah disiapkan sejak kelas X itu.
Begitu lulus, sambungnya, project itulah yang akan diteruskan. Kalau dia tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, maka dia punya lapangan kerja sendiri. “Banyak itu beberapa anak SMK yang begitu lulus, ini di bidang TIK ya, dia sudah punya klien dari Client Corporate untuk mengelola IT-nya corporate. Itu yang saya lihat di Jakarta,” ungkapnya.
Oleh karena itu Zainuddin menititipkan hal itu kepada Khofifah. “SMK berkualitas itu SMK yang begitu siswanya lulus, dia sudah punya klien, dia sudah punya unit usaha, yang unit usaha itu dipersiapkan dan itu bagian dari pembelajaran,” urai Zainuddin.
Dia menjelaskan, selama ini siswa SMK lebih banyak diarahkan pada produksi, memproduksi barang. “Entrepreneurnya kurang. Jadi kemampuan memproduksi, menurut saya ini sudah selesai. Ini prestasinya Pak De Karwo, melahirkan anak-anak SMK yang pandai memproduksi,” papar dia.
Zainuddin berharap, pada 100 hari pertama Khofifah bisa mempersiapkan itu sehingga tahun pertama nanti udah bisa kelihatan titik awal untuk menumbuhkan kualitas SMK.
“Pak De Karwo sebetulnya sudah melangkah misalnya untuk mengembangkan entrepreneur dengan membikin Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) sehingga kemudian bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada profit. Nah itu membutuhkan semangat entrepreneur,” jelas dia.
Dimintai tanggapannya tentang peran Muhammadiyah, Zainuddin mangatakan Muhammadiyah saya kira sebagai agen. “Selama ini Muhammadiyah sudah punya agen-agen, media-media, lembaga-lembaga, instansi terutama bidang pendidikan yang itu merupakan agen strategis yang ikut mengantarkan strategi kebijakan gubernur tis-tas itu. Muhammadiyah sudah punya modal yang sangat strategis untuk mengawal, untuk mendukung kebijakan tis-tasnya Bu Khofifah itu. Oleh karena itu saya kira kerja sama Pemerintah Propinsi Jawa Timur dengan Muhammadiyah akan saling menguatkan. Dan yang diuntungkan, ya kemajuan Jawa Timur,” ungkapnya. (MN)