PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Bengkulu Dr H Syaifullah MAg membantah keras isu yang mengatakan bahwa pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu bernuansa partai merah—yang diasosiasikan sebagai warna partai tertentu yang kini sedang berkuasa.
“Tidak benar bernuansa partai merah. Bahwa yang membuka itu RI 1 (Presiden Joko Widodo) itu dalam kapasitasnya sebagai presiden dan bukan calon presiden,” ungkapnya, Sabtu (15/2/19) malam.
Syaifullah dikonfirmasi PWMU.CO karena beredar luas di media sosisl tulisan berjudul @Tanwir Bernuansa Partai Merah oleh Moh. Naufal Dunggio yang mengaku anggota Muhammadiyah dan mempunyai nomor baku.
Dalam tulisan itu dia menuduh jika acara yang berlangsung di Balai Raya Semarak Bengkulu itu seperti bukan acara Muhammadiyah. “Soale suasana seperti pembukaan munas partai yang suka phobia dengan Islam,” tulisnya. Padahal, menurutnya, Muhammadiyah itu identik dengan warna hijau.
Syaifullah mengatakan, logo Tanwir Muhammadiyah Bengkulu memang berwarna merah. “Maksudnya yang bernuansa merah itu kan bunga Raflesia, ikon Bengkulu, simbol beragama yang mencerahkan. Bunga Raflesia itu memang warnanya merah,” tegasnya.
Dosen Universitas Muhammadiyah Bengkulu itu juga membantah jika tenda yang berwarna merah putih itu disebut simbol partai merah. “Merah putih itu warna netral. Karena bendera merah putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati, ibu negara pertama, istri Pak Karno, orang Bengkulu. Itu semangatnya,” terangnya.
Jadi, sambungnya, sama sekali tidak ada kaitannya dengan salah satu partai penguasa. Dia juga memastikan tidak ada simbol-simbol partai yang disebut partai merah itu di lokasi pembukaan. “Silakan dicek,” ucapnya.
Termasuk warna karpet merah yang digelar, ujar dia, sama sekali tidak ada hubungannya dengan partai tertentu. Menurutnya, karpet merah itu digelar sebagai penghormatan kepada tamu negara. “Dan itu biasa dalam acara protokoler,” ujarnya.
Oleh karena itu Syaifullah meminta masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh tulisan yang menyesatkan itu. Seperti pesan yang beredar di grup-grup WhatsApp itu, Naufal menuduh Pimpinan Pusat Muhammadiyah tidak punya daya dan upaya bila berhadapan dengan penguasa.
“Muhammadiyah tak mungkin bisa ditekan-tekan pihak lain sampai harus tunduk pada partai atau calon presiden tertentu,” bantah Syaifullah. (MN)
Discussion about this post