
PWMU.CO – Di Muhammadiyah, pimpinan bisa dijabat siapa saja. Tanpa mengenal siapa dia, dari mana asalnya, dan dari latar belakang apa. Yang terpenting adalah mereka yang memiliki kompetensi, siap, dan ikhlas berjuang berkhidmad menggaungkan syiar dakwah Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah.
Seperti pada Musyawarah Cabang (Musycab) ke-7 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Sukodadi yang diselenggarakan di Perguruan Muhammadiyah Sukodadi, Kabupaten Lamongan, Ahad (29/5) kemarin. Dalam Musycab yang diikuti oleh 16 ranting tersebut, terpilih Musta’in sebagai Ketua PCM Sukodadi. Sedangkan Ketua PCA Sukodadi terpilih Murti’ah. Keduanya dipilih oleh musyawirin dengan perolehan suara terbayak, yakni 61 suara.
(Baca: Ber-Muhammadiyah Itu Menanam … Hasilnya untuk Generasi Masa Depan)
Mustain dalam sambutannya menyampaikan, terpilihnya dia menjadi ketua, bukanlah sebuah hadiah, penghargaan atau penghormatan. Tetapi itu merupakan amanah
umat. ”Sungguh berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Untuk itu, saya berharap agar semua kekuatan dan potensi dari semua kader maupun warga Muhammadiyah untuk saling menguatkan dalam rangka dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Baik di tingkat Ranting atau Cabang Muhammadiyah Sukodadi,” ujarnya.
Musta’in mengatakan, tantangan hari ini sangat berat, terlebih persoalan kaderisasi di Persyarikatan Muhammadiyah. ”Muhammadiyah harus mampu menjadi solusi terhadap semua persoalan keumatan,” paparnya.
(Baca juga: Iradah yang Membuat Muhammadiyah Besar)
Sementara Murti’ah menyampaikan, Aisyiyah harus tambah baik dari sebelumnya. Persoalan keumatan, khususnya kaum perempuan, membutuhkan perhatian serius. Karena perempuan adalah ibu yang akan melahirkan generasi bangsa ke depan. ”Baik buruk suatu bangsa, boleh dikata ibulah yang sangat dominan menjadi penentu,” paparnya.
Ketua PCM dan PCA yang terpilih merupakan utusan dari PRM dan PRA Keduwul. Keduanya juga merupakan saudara kakak-adik. Anak dari pasangan almarhum Bapak Sriyan dan Ibu Kami. Sehari-hari, Sriyan bekerja sebagai pengrajin dan penjual timba. Tiap hari ia keliling dari kampung ke kampung. Walau demikian, Sriyan yang juga merupakan pengurus Masjid An-Nur ini, tak henti-hentinya menasehati anak dan cucunya untuk senantiasa berjuang di jalan dakwah.
”Urip iku kudu berjuang. Ojo wedi mlarat senajan tantangane akeh tur gede. Anak putuku kudu pinter lan wani negakne kebeneran (Hidup itu harus berjuang dan jangan takut miskin. Tetap berjuang mesikpun tantangannya banyak. Anak cucu saya harus pandai dan berani menegakkan kebenaran),” begitu pesan Sriyan, yang selalu dingat oleh Musta’in dan Murti’ah. (baharuddin rohim/aan)