PWMU.CO-Mendidik itu harus berangkat dari bakat dan minat anak, bukan berdasarkan kurikulum. Karena itu setiap guru atau orang tua harus tahu setiap watak anak didiknya.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua PWM Jatim Prof Dr Zainuddin Maliki saat menjadi pembicara dalam pengajian rutin bulanan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) dan Nasyiatul Aisyiyah (PRNA) Banyutengah Panceng Gresik, Jumat (15/3/2019).
Menurut Zainuddin, dalam pendidikan itu setiap guru atau orang tua harus tahu watak anak didiknya. ”Jika dalam suatu kelas ada 28 siswa maka bisa jadi dalam kelas itu ada 28 watak anak,” tandas mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Kalau setiap guru atau orang tua mampu mengenal dan mengetahui watak dan bakat anak, sambung dia, maka saat mendidik dan mengajar, mereka bisa tepat sasaran dan nyambung dengan anak. Zainuddin mengatakan telah menulis pembahasan ini dalam buku karyanya berjudul Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya.
Di hadapan emak-emak ini, Zainuddin yang pernah menjabat ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur bertanya,”Ibu-ibu, adakah di sini yang sedang mengandung?”
”Ada…ada,” jawab jamaah.
”Ibu-ibu, bayi dalam kandungan itu sudah mampu belajar dan berkomunikasi. Karena itu bagi yang mengandung kalau ada di sini ajarkan pada bayi ibu sejak dalam kandungan,” tuturnya.
”Ajaklah bayi ibu berkomunikasi dan beri motivasi yang baik sehingga nanti lahir dan dewasa menjadi generasi yang terbaik,” tambahnya.
Dia membandingkan, mengapa orang Tionghoa tidak ada yang menjadi pengawai negeri (PNS). Jawabnya, karena saat hamil para wanita Tionghoa memotivasi bayi dalam kandungannya harus menjadi pengusaha. Bukan PNS.
Di awal penyampaiannya, dia menyapa,”Alhamdulillah bisa hadir di sini di tengah-tengah emak-emak Aisyiyah dan NA Banyutengah.”
”Istilah emak-emak ini lagi tren, meminjam istilah Sandi Uno,” kata calon anggota DPR RI PAN Dapil Lamongan-Gresik nomor 2 ini. ”Siapa yang dipilih oleh emak-emak, maka insya Allah akan jadi.”
“Melihat emak-emak di sini, saya teringat dengan Embok saya di rumah,” kenangnya. ”Embok saya itu mempunyai 11 anak. Itu berarti saya 11 bersaudara. Saya dan seluruh saudara semua sekolah meskipun Embok biasa berutang demi menyekolahkan anak-anaknya.”
Dia bercerita, Emboknya utang pada tetangga itu sudah biasa. Bahkan hampir semua tetangga pernah diutangi. Dengan bermodalkan kepercayaan dan kejujuran, warga dan tetangga mengusahakan apapun untuk meminjami Emboknya.
Saking inginnya melihat anak-anaknya sukses, sewaktu kecil, Emboknya begitu keras mendidik anak-anaknya. ”Suatu ketika, waktu itu jam menunjukkan masuk sekolah, mengetahui saya masih tidur maka Embok tidak segan-segan menyiram saya dengan seember air,” kenangnya.
Berkat pendidikan Emboknya yang keras itu, menjadikan Zainuddin sebagai dosen hingga guru besar. ”Sekarang saya mempunyai dua anak. Nama anak yang pertama terinspirasi dari istri Moh. Hatta, sedang nama anak kedua terinspirasi dari Prabowo. (Anshori)
Discussion about this post