PWMU. CO – Can I be an Entrepreneur (Dapatkah Aku Menjadi Seorang Pegusaha)? menjadi tema kegiatan Inhouse Training (IHT) Guru dan Karyawan SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas), Gresik, yang diselenggarakan di Sinergy Room, Senin (25/3/19).
Narasumber Evi Mauludina SPd menyampaikan, dunia entrepreneurship berkembang sudah sangat pesat sehingga siswa perlu distimulasi dengan persepsi awal tentang dunia usaha. “Enterpreneur zaman sekarang dan dulu sudah sangat berbeda. Perlu siswa distimulasi dengan what does an entrepreneur look like (seperti apa sih berwirausaha itu)?” terang Evi.
Dia menjelaskan terdapat tiga kompetensi dalam entrepreneurship skill (keterampilan berwirausaha) bagi siswa yaitu idea and opportunities (gagasan dan peluang), resource (tidak hanya modal usaha tapi juga memiliki economy literacy, literasi ekonomi) dan in action (berani mencoba).
Koordinator Mata Pelajaran Bahasa dan Sosial itu menyampaikan, keberhasilan seseorang dalam ber-entrepenurship juga ditentukan oleh kemampuan dalam menyusun bisnis plan (rencana bisnis), self awareness (kesadaran diri), dan self efficacy (keyakinan diri). “Seseorang bisa berhasil dalam dunia bisnis, karena mereka tidak pernah takut gagal, berani mengambil risiko, dan memang merasa yakin bahwa bisnis yang dijalankan pasti berhasil,” jelas Evi.
Empat hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan lorong inovasi (innovation funnel) sebuah produk entrepeneurship. Pertama adalah scalability, seseorang yang berjiwa entrepreneur mesti memahami sebesar apa ide atau gagasan produknya dan seberapa urgen produk itu dibutuhkan oleh masyarakat.
Kedua, originality (keaslian), menurut Evi produk yang bernilai entreprenur tidak sekadar copy paste dari produk orang lain. Kreativitas produk yang dihasilkan menjadi lebih bernilai bila muncul dari pikiran siswa sendiri atau minimal hasil dari ATM (amati, tiru, dan modifikasi).
“Kreativitas untuk memodifikasi atau memunculkan ide sendiri, inipun menjadi ruang untuk meningkatkan keterampilan entreprenur siswa,” tegas Evi.
Ketiga, viability yang berarti keberlangsungan ide hingga bisa direalisasikan dalam menjalankan dunia usaha. “How easily can this idea be activated (seberapa mudah ide ini dapat diaktifkan)?,” kata Evi kepada semua peserta.
Lorong inovasi ke empat yaitu enthusiasm (antusias). Mental seorang enterpreneur juga ditentukan seberapa besar antusias siswa dalam menyajikan usaha atau performa produk sehingga lebih diminati oleh masyarakat.
Pada akhir sesi, Evi menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai enterpreneuship ke dalam pembelajaran di kelas atau dalam pengembangan diri siswa. (Anis Shofatun)
Discussion about this post