PWMU.CO – Teori Triangular of Love (Segitiga Cinta) yang dicetuskan oleh Robert Jeffry Sternberg mengandung tiga komponen utama cinta, yaitu passion (gairah), commitment (komitmen), dan intimacy (kedekatan/keintiman).
Hal tersebut disampaikan Dr G M Bagus Ani Putra Psi saat menyampaikan materi Psikologi Pernikahan dalam acara Training of Trainer Samara (sakinah, mawaddah, wa rahmah) Course, Sabtu (30/3/19) malam di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur tersebut, Bagus mengatakan, cinta itu tidak bisa dilogikakan. “Belum ngomong itu loh, kok rasanya ayem ada di dekatnya,” ujarnya disambut tawa dan tepuk tangan peserta.
Ketika kita mencintai seseorang, kata Bagus, ada faktor passion yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik. “Selain itu ada juga commitment yang akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga, dan merasa dicintai,” jelasnya.
Bagus menambahkan, faktor ketiga yang tak kalah penting adalah intimacy. “Kedekatan itu tidak harus secara fisik, nempel terus. Meski jauh, yang LDR ini ya, tetep ada kedekatan emosi. Bisa melalui telepon, misalnya,” ujarnya.
Di hadapan 50 kader Nasyiah se-Jawa Timur, Bagus menyampaikan, ketertarikan laki-laki dan perempuan itu sebenarnya sama.
Pertama, ketertarikan fisik. “Wong lanang iku seneng karo wong wedhok sampek mati (pria itu cinta wanita sampai mati). Karena itu para perempuan, rawatlah fisikmu. Setidaknya jangan kemproh (lawan bersih),” ujarnya tersenyum.
Sedangkan ketertarikan perempuan terhadap laki-laki, lanjutnya, hanya sampai usia sekitar 20 tahun. “Setelah itu, perempuan akan melihat pribadinya, kematangannya,” ungkapnya.
Kedua, hard to get effect. “Semakin sulit kita mendapatkan, semakin sulit kita melepaskan. Itu maksudnya,” kata Bagus menjelaskan dua hal yang mendasari ketertarikan laki-laki dan perempuan.
Pria kelahiran Yogyakarta, 19 Mei 1979 itu juga menjelaskan Social Exchange Theory (Teori Pertukaran Sosial) yang melekat pada manusia secara umum. “Manusia itu penuh perhitungan, selalu mencari profit atau keuntungan,” ujarnya yang dibenarkan peserta.
Rumusnya, kata Bagus, reward lebih besar dari cost. “Reward itu contohnya senyum. Kalau LDR ya senyum sama fotonya. Cost itu contohnya pengorbanan. Makanya perbanyak senyum, karena manusia itu selalu mengejar profit, menghindari defisit,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bagus mengingatkan peserta tiga hal yang berpengaruh dalam permasalahan rumah tangga. “Pertama, konflik terjadi ketika ada perbedaan yang dipaksakan. Kedua, komunikasi. Ketiga, work love balance (keseimbangan cinta),” ujar ayah dua anak tersebut.
Bagus menjelaskan, ketika kita berkomunikasi lisan, ada tiga gelombang suara yang kita berikan, yaitu beta, alfa, dan teta. “Gelombang beta itu contohnya membentak. Itu bisa menstimulasi tubuh untuk bergerak dan pikirannya bercabang,” kata dia.
Gelombang yang kita gunakan di kelas ini, lanjut Bagus, termasuk alfa. “Ini bisa membuat pikiran kita rasional. Jadi kalau ngandhani (menasehati) anak, pakai yang alfa, jangan beta,” tuturnya.
Bagus menambahkan, gelombang teta itu seperti suara kita ketika sedang berdoa. Menyentuh hati dan bisa menjadi penyembuhan yang hebat. “Jadi kalau mau menyentuh hati seseorang atau anak, pakai teta. Lebih baik lagi menggunakan tatapan mata. Kalau untuk anak, posisinya mata kita dengan mata anak sejajar,” pesannya.
Di akhir paparannya, Bagus meminta peserta untuk senantiasa tersenyum untuk menggugurkan gelombang beta. “18 otot wajah kita akan tertarik saat tersenyum. Kalau penampang otot itu tertarik, aliran darah akan lancar. Aliran yang pertama itu otak akan terisi oksigen dan dapat menyebabkan kita berpikir positif,” paparnya.
Selain itu, kata Bagus, senyum juga membuat kita menjadi awet muda dan mudah mendapat teman, serta disukai banyak orang. “Senyum juga bisa mencairkan suasana. Ini penting,” tegasnya. (Vita)
Discussion about this post