Lima Khittah Ini Harus Dipahami Kader Pemuda

Iwan/pwmu.co
Dikky Shadqomullah saat membuka Musypimda Pemuda Muhammadiyah Tuban.

PWMU.CO-Pemuda Muhammadiyah Tuban menggelar Musyawarah Daerah (Musyda) berlangsung di Pendapa Kabupaten setempat, Ahad (31/3/2019). Acara yang dihadiri Bupati Tuban KH Fathul Huda itu diikuti oleh semua Pimpinan Cabang, majelis dan Ortom.

Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur Dikky Shadqomullah dalam sambutan pembukaan mengatakan, Pemuda Muhammadiyah dalam pergerakannya memiliki jalur yang sangat bagus. Pasalnya organisasi ini memiliki GBHG yaitu Garis Besar Haluan Gerakan.

”Ketika kita memiliki Garis Besar Haluan Gerakan yang disebut Khittah Muhammadiyah,  maka Pemuda Muhammadiyah saat melangkah, tidak boleh keluar dari khittah itu,” kata pria yang akrab disapa Cak Dikki.

Ada lima khittah yang patut dipahami para kader. Dia menerangkan, pertama, dimensi agama. ”Tuban yang dikenal dengan Bumi Wali, maka dimensi agama harus melekat pada diri tiap-tiap anggota Pemuda Muhammadiyah Tuban,” tuturnya.

Kedua, dimensi sosial. Menurut dia, kegiatan sosial sudah luar biasa dilakukan agar masyarakat merasakan manfaat kehadiran Muhammadiyah di tengah-tengah mereka.

Ketiga, dimensi ekonomi. Berdasar pantauan dia, gerakan ekonomi yang dilakukan Pemuda Muhamamdiyah di sini sudah bagus. Perlu tugas tambahan agar menjadi berkembang terus.

”Ayahanda Bupati, bila perlu teman-teman ini dikasih PR, bagaimana ekonomi di Tuban ini bisa jalan. Mungkin bisa diajak diskusi atau ngopi bareng, panggil mereka untuk membantu program bupati,”  ujarnya.

Keempat, dimensi politik. Ketika kader Pemuda Muhammadiyah ada yang terjun ke bidang politik, menurut dia, itu lumrah setelah punya pengalaman. Berpolitik bisa dirintis dari muda.

Kelima, dimensi budaya. Harus menampilkan pertunjukan budaya. Misalnya, Pemuda Anshor menampilkan hadrah Banjari, Pemuda Muhammadiyah harus punya seni buaday khas. Ketika pelantikan Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur periode 2018-2022 lalu juga dinyanyikan Mars Yahlal Wathon milik NU. Selain menyanyikan Mars Sang Surya.

”Saya tadi belum dengar Yahlal Wathon dinyanyikan. Mungkin nanti dinyanyikan setelah ini sebelum Ayahanda Bupati memberi sambutan,” katanya disambut gemuruh tepuk tangan.

Tentang dimensi budaya, dia merasa hal tersebut perlu disampaikan karena ketika Muhammadiyah dan NU jalan beriringan, seperti kedua kaki yang saling melengkapi. Kalau NU jalan sendiri, Muhammadiyah jalan sendiri dia mengibaratkan orang main engklek.

Menyikapi suasana politik di 2019 ini, ada tiga hal yang dia sampaikan. Pertama, pemilihan presiden, kedua adalah DPD, dan ketiga pemilihan DPR.

”Memilih presiden itu ibarat makan soto maupun rawon. Yang senang soto silakan makan soto, yang senang rawon silakan makan rawon. Yang penting persahabatan dan persaudaraan kita di Tuban ini terjaga dengan baik,” ujarnya.

Dia meminta Kokam membantu pemerintah Tuban menjaga keamanan saat pencoblosan pada 17 April 2019 yang akan datang.

Untuk DPD RI, berdasarkan survei, suara untuk Nadjib Hamid di Kabupaten Tuban belum signifikan maka dia mengharap pada Bupati Tuban untuk ikut membantu.

Sementara untuk legislatif, dia meminta untuk memilih caleg yang betul-betul berkomitmen membangun Kabupaten Tuban. (Iwan Abdul Ghani)

Exit mobile version