• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Selasa, Agustus 9, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Ini Jawaban Din Syamsuddin atas Konsep Khilafah-Khalifah yang Dapat Kritik Keras

Selasa 2 April 2019 | 09:08
4 min read
113
SHARES
354
VIEWS
ADVERTISEMENT
Din Syamsuddin (Dok/ PWMU.CO)

PWMU.CO – Saya sudah membaca tanggapan terhadap imbauan saya agar semua pihak tidak mengembangkan isu bernuansa keagamaan terkait Pilpres 2019, khususnya dari KH Hamdan Rasyid (NU/MUI DKI Jakarta) dan Dr Nadirsyah Hosen (Ketua PCINU Australia).

Saya mengucapkan terima kasih atas nasihat mereka agar saya belajar dan mendalami bahasa Arab, agar jangan sesat dan menyesatkan, serta tidak gagal paham tentang konsep khilafah.

Memang saya mengakui pengetahuan saya tentang bahas Arab sangat minim, walaupun merasa sudah belajar sejak Madrasah Ibtidaiyah, di Gontor, UIN, hingga S2 dan S3 yang ada seminar dengan menggunakan bahasa Arab di UCLA dulu. Oleh karena itu saya ingin berguru kepada Ust KH Hamdan Rasyid yg pengetahuan Bahasa Arabnya tinggi dan dalam.

Untuk itu saya ingin beliau menguji pemahaman saya tentang konsep Alquran, khususnya tentang khalifah dan khilafah. Yang disebut oleh Alquran memang hanya kata khalifah—tidak ada penyebutan kata khilafah. Namun, karena yang kedua adalah bentuk derivatif (turuanan) dari yang pertama (fa’il dan fi’alah/noun dan verbal noun), maka secara substansial khilafah juga dikandung oleh Alquran.

Tentu ini merupakan kesimpulan kaum substantivis, yang mungkin tidak diterima oleh kaum tekstualis. Sama halnya polemik tentang ‘aradh dan jauhar di kalangan mutakallimun maunpun falasifah, sebagaimana antara lain dibahas dalam Kitab Ushul al-Din karya Al-Baqillani, salah seorang ulama Sunni terkemuka.

Ini pulalah ynag kemudian diadopsi oleh fukaha seperti Al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Sulthaniyyah yang pada baris pertama sudah menyebut khilafah dalam konteks khilafat al-Nubuwwah. Al-Mawardi tentu merujuk kepada konsep khilafah sejak Umawiyyyah hingga Abbasiyyah.

Khilafah sebagai lembaga politik selama itu berada di tangan para khalifah. Dari sinilah mulai muncul ‘alaqah ma’nawiyah’ bahkan tasyaqquq ma’nawi antara kedua istilah yang saling berkelit berkelindan, atau menurut Imam Al-Ghazali dalam bahas Persia disebut az yik modar omad.

Saya cukupkan sketsa pemahaman awam saya di sini dan dapat dikembangkan dengan membuku kitab para mutakallimun, fukaha, dan falasifah tentang maudhu ini.

Tawarkan Konsep Khilafah Perenial, Begini Penjelasan Lengkap Din Syamsuddin

Terkait bahasa Arab yang KH Hamdan Rasyid lebih luas ilmunya dari saya, mungkin beliau bisa jelaskan “apakah kata khilafah dan khalifah yang berbeda bunyi tidak memiliki kaitan maknawi?” Kalau tidak salah akar kata keduanya sama yaitu kha la fa, yang berarti mengganti, mewakili, atau datang kemudian.

Bukankah kalau demikian terdapat ‘alaqah ma’nawiyah, walau berbeda wazan. khalifah adalah orang/pelaku, sedangkan khilafah adalah wujud dari perbuatan khalifah, yang mengandung arti sistem nilai kehidupan. Memang orang yang memahami khilafah sebagai lembaga politik (hukumah siyasiyah/political authority or a form of government) akan mengatakan keduanya berbeda.

Hal demikian mafhum adanya. Konsep fukaha siyasah Sunni, sejak Ibn Qutaybah dengan ‘Uyun al-Akhbar, Ibn al-Muqaffa’ degann al-Adab al-Kabir wa al-Adab al-Shagir, hingga Al-Mawardi dengan Al-Ahkam al-Sulthaniyah maupun Al-Ghazali dengan kitab berbahasa Persianya Nashihat al-Mulk sudah lama dikritik oleh fukaha madzhab al-Siyasat al-Syar’iyyah seperti Ibn Taymiyyah maupun Ibn Jama’ah yang menulis Tahrir al-Ahkam.

Kritik lebih keras diberikan oleh Ibn Khaldun dalam Muqaddimah pada sebuah sub-judul Fi inqilab al-Khilafah ila al-Mulk. Ibnu Khaldun menganggap khilafah historis pasca-al-Khilafat al-Rasyidah adalah kerajaan karenanya merupakan sulthah madaniyyah bukan sulthah diniyyah. Khilafah historis itu adalah manifestasi dari patrimonalisme Arab.

Dalam kaitan ini, dari dulu saya tidak menyetujui konsep khilafah modern ala Rasyid Ridha (al-khilafat al- ‘uzma), atau Al-Nabhani, maupun Abul Kalam Azad. Ketaksetujuan terhadap konsep khilafah sebagi kekuasaan politik ini—tanpa harus mengecamnya sesat menyesatkan tapi menghargainya sebagai ijtihad—selain mempertimbangkan Ali Abd al-Raziq dengan Al-Islam wa Ushul al-Hukm, juga karena pertimbangan realistik bahwa masyarakat dunia sekarang sudah berada dalam Negara Bangsa (Nation State) yang menuntut pengamalan al-muwathanah al-musytarakah atau common citizenship). Lebih dari pada itu, di Indonesia tercinta, kita sudah mengukuhkan Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi was Syahadah (Abode of Consensus and Abode of Testimony).

Namun, konsep khilafah tidak berarti harus ditiadakan, karena khilafah memiliki konteks pengertian non-politis. Dalam kaitan misi mondial manusia yakni sebagai khalifatullah fi al-ardh, maka khilafah dalam tafsir kontekstual dapat berbentuk sistem peradaban yang menampilkan prinsip wasathiyah dan rahmatan lil ‘alamin.

Pada hemat saya, sistematika baru ajaran-ajaran Islam bisa mengambil bentuk: Tauhid > Khilafah > Ishlah yang berdimensi ganda al-wasathiyah (jalan tengah) dan al-‘ashriyyah (kemodernan/kemajuan).

Dalam perspektif bahasa Arab yang sedikit saya pahami, khalifah dan khilafah, yang berasal dari akar kata yang sama memiliki ‘alaqah ma’nawiyah jauhariyyah bahkan tasyaqquq ma’nawy.

Maka saya prihatin dengan gegap gempita pengganyangan khilafah politis yang telah membawa dampak sistemik penegasian khilafah kultural dan sivilisisional. Jika ini berkembang, maka Peradaban Islam sebagai al-badil al-tsaqafi, meminjam istilah Tariq Ramadhan, ditutup pintu kebangkitannya. Lebih dari pada itu, mengangkat khilafah sebagai isu politik perpilpresan dan mempertentangkannya dengan Pancasila dalam nada labelisasi dan generalisasi pejoratif, pada hemat saya, potensial mengungkit luka lama yang dengan susah payah kita semua jernihkan tentang hubungan Islam dan Negara Pancasila.

Pada latar pikiran di atas itulah Dewan Pertimbangan MUI lewat Rapat Pleno ke-37 pada 27 Maret 2019 mengeluarkan Taushiyah. Terima kasih atas tanggapan baik yang positif maupun yang negatif. Allahu a’lam bi al-shawab. (*)

Opini oleh Prof Dr Din Syamsuddin MA, Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Din Syamsuddin: Mengangkat Isu Khilafah pada Pilpres Membangkitkan Luka Lama
Tags: Din SyamsuddinKhalifaKhilafa
SendShare45Tweet28Share

Related Posts

Din Syamsuddin Puji Hafalan Siswa SDMM, Ini Pesannya pada Guru dan Wisudawan

Senin 20 Juni 2022 | 08:50
227

Prof Din Syamsuddin saat memberikan motivasi pendidikan dalam Purnawidya Ke-13 dan Wisuda Tahfidh Ke-4 SDMM...

Pujian Din Syamsuddin untuk STIQSI Al-Islah Lamongan

Sabtu 18 Juni 2022 | 17:20
376

Din Syamsudin saat memberikan tausiah di STIQSI Al-Islah. Pujian Din Syamsuddin untuk STIQSI Al-Islah Lamongan...

Prof Din Syamsuddin Akan Hadir di Wisuda SDMM dan Pengajian Masjid At-Taqwa PPI

Rabu 15 Juni 2022 | 14:04
365

M Din Syamsuddin akan hadir di wisuda SDMM. (istimewa/PWMU.CO) PWMU.CO – Prof Din Syamsuddin akan hadir...

Forum Perdamaian Dunia Akan Digelar Jelang Muktamar Ke-48 Muhammadiyah

Kamis 2 Juni 2022 | 12:41
115

Prof Din Syamsuddin MA PhD di Seminar Pramuktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah 48 (Tangkapan layar Sayyidah...

Din Syamsuddin Bicara Momentum Internasionalisasi Muhammadiyah

Kamis 2 Juni 2022 | 10:33
225

Prof Din Syamsuddin MA PhD di Seminar Pramuktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah. (Tangkapan layar Sayyidah...

Ternyata Tiong Hua Itu Mirip Wasathiyah

Kamis 2 Juni 2022 | 05:55
7.4k

Din Syamsuddin di Media Dialog Perayaan Idul Fitri 1443 di Kuala Lumpur. PWMU.CO- Ternyata Tiong...

Maqam Tinggi Buya Syafii di Mata Din Syamsuddin

Jumat 27 Mei 2022 | 14:54
1.2k

Buya Syafii Maarif (kanan) bersama Din Syamsuddin (Istimewa/PWMU.CO) Maqam Tinggi Buya Syafii di Mata Din...

Perbedaan Awal Puasa, Din Syamsuddin: Tak Perlu Dipertentangkan

Senin 14 Maret 2022 | 05:14
4.8k

Pembina Orbit Prof KH M Din Syamsuddin MA PhD tentang Perbedaan Awal Puasa (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)...

Din Syamsuddin: Berkali-kali Haji Wujud Egoisme Beragama

Selasa 15 Februari 2022 | 14:01
404

Din Syamsuddin: Berkali-kali Haji Wujud Egoisme Beragama (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Din Syamsuddin: Berkali-kali Haji Wujud Egoisme...

Din Syamsuddin: Orbiters ‘Kuliah’ 6 SKS bareng Rektor Unida

Senin 17 Januari 2022 | 05:17
581

Pembina Orbit Prof M Din Syamsuddin MA PhD (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Din Syamsuddin: Orbiters 'Kuliah' 6...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Pembicara dari Turki di Fortasi Sekolah Ini

    59515 shares
    Share 23806 Tweet 14879
  • PBS Teken MoU dengan King Sejong Institute untuk Smamio

    4121 shares
    Share 1648 Tweet 1030
  • Smamio Launching Kafe Inspirasi Kopi

    50012 shares
    Share 20005 Tweet 12503
  • Kuliah Premium Smamio: Belajar Itu ibarat Maraton, Bukan Sprint

    49673 shares
    Share 19869 Tweet 12418
  • SD Mugeb Siapkan Formasi Pimpinan IPM Junior

    810 shares
    Share 324 Tweet 203
  • Safari Ramadhan PDA Gresik Bahas Keluarga Sakinah

    1070 shares
    Share 428 Tweet 268
  • Spemdalas Membuka Tahun Baru Islam dengan Apel Pagi

    765 shares
    Share 306 Tweet 191
  • Muhammadiyah-Salafi: Mengapa Titik Pisah, Bukan Titik Temu?

    569 shares
    Share 228 Tweet 142
  • Pesan Keutamaan Puasa Asyura di Khutbah Jumat Masjid Nabawi

    313 shares
    Share 125 Tweet 78
  • Selain Payung Raksasa, Tempat Ini Primadona untuk Berfoto di Masjid Nabawi

    278 shares
    Share 111 Tweet 70

Berita Terkini

  • Kini Meja Wali Kelas MTsM 2 Karangasem Bersatu dengan SiswaSelasa 9 Agustus 2022 | 11:24
  • GKB Berbagi Strategi Manajemen ke Sekolah MitraSelasa 9 Agustus 2022 | 11:01
  • Berlian School Ajak Siswa Bersilaturahmi dari Masjid ke MasjidSelasa 9 Agustus 2022 | 10:47
  • Inilah para Juara Lomba Poster SD MuwriSelasa 9 Agustus 2022 | 10:17
  • Muhammadiyah Banyuwangi Perkuat Kontributor CabangSelasa 9 Agustus 2022 | 10:05
  • Tiga Kunci Eksisnya Organisasi di Sosial MediaSelasa 9 Agustus 2022 | 09:57
  • Kejujuran
    Kejujuran, Begini Cara Sekolah Ini Melatih SiswanyaSenin 8 Agustus 2022 | 21:57
  • Nikmat kautsar
    Nikmat Kautsar Menurut Tafsir Ustadz Sam’unSenin 8 Agustus 2022 | 21:12
  • Selain Payung Raksasa, Tempat Ini Primadona untuk Berfoto di Masjid NabawiSenin 8 Agustus 2022 | 13:42
  • Mimdaka Menggelar Carnival and Best Couple CompetitionSenin 8 Agustus 2022 | 12:42

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In