PWMU.CO-Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo kedatangan tamu Syeikh Abdullah Ramadhan Hafidz An Najjar dari Palestina, Kamis (4/3/2019).
Memakai syal bendera Palestina di lehernya, ia datang ke untuk berbagi kisah tentang Isra Mikraj dan kondisi anak-anak Palestina saat ini.
”Saya menyampaikan salam dan cinta dari anak-anak Gaza Palestina, karena Indonesia telah banyak membantu kami. Syukron katsiron. Terima kasih, ” kata Syeikh Abdullah membuka kata.
Di depan siswa kelas 1-5, Syeikh Abdullah Ramadhan menjelaskan tentang tiga masjid istimewa. Masjidil Haram di Makkah, Masjidil Aqsa di Palestina dan Masjid Nabawi di Madinah.
Isra, jelas dia, adalah perjalanan Nabi Muhammad menempuh jarak 1.250 kilometer dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Dan Mikraj adalah perjalanan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha mengendarai buraq.
”Apa hikmah di balik peristiwa pada 27 Rajab itu? Tidak lain adalah perintah untuk menegakkan shalat. Jagalah shalat kalian. Insya Allah Allah akan menjaga kita semua,” jelasnya.
Kemudian dia bercerita anak-anak Palestina yang memiliki jiwa dan semangat membela Islam yang kuat. Mereka tidak pernah lalai menegakkan shalat dan menghafal Alquran.
”Siapa yang berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki satu jam?” tanyanya. Anak-anak kompak menggelengkan kepala. Menurutnya, anak-anak Palestina harus menempuh perjalanan tiga jam ke sekolah dengan berjalan kaki.
”Anak-anak di Gaza juga harus memanjat tembok setinggi 8-11 meter dengan tangga. Kemudian memindahkan tangga untuk turun. Tetapi semangat belajar dan semangat menghafal Alquran mereka tetap berkobar,” ucapnya.
Tembok tinggi itu dipasang oleh Israel sehingga memisahkan permukiman warga Gaza dengan pusat kota termasuk sekolah.
Kehidupan sehari-hari anak Palestina pun sangat memprihatinkan. Menurut dia, listrik hanya menyala dua jam dalam sehari. Rumah sakit yang tidak memiliki obat, terbiasa tidak makan hingga berhari hari, bahkan bermain di antara dentuman bom.
Salah satu siswa kelas 3, Fairuz Akhdan Alqisty bertanya, ”Bagaimana bisa anak-anak di Palestina tidur, padahal mereka merasa sangat lapar?” tanyanya.
Syeikh Abdullah menjawab, anak-anak di Palestina memiliki keistimewaan. ”Anak-anak di sana terbiasa lapar, sehingga bisa tidur walaupun hanya sebentar. Mereka mampu menghafal Alquran sejak kecil. Memiliki prinsip untuk mandiri dan terus berjuang menegakkan agama Islam di bumi Palestina,” jawabnya.
Sementara Koordinator Al Islam dan Kemuhammadiyahan Rahmat Hidayah SPdi menjelaskan, mendengar kisah anak-anak Palestina langsung dari narasumber negeri itu, diharapkan siswa dapat mengambil hikmah. ”Bersyukur keadaan di Indonesia jauh lebih nyaman. Mestinya juga punya semangat seperti anak-anak Palestina menjaga agama Islam,” tuturnya. (Hilda)