PWMU.CO – Guru dapat memanipulasi kondisi kelas agar pembelajaran menjadi menarik. Hal ini yang disampaikan oleh Yuliana Dewi MPd pada kegiatan Training for Teachers yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik, di Sinergy Room SMP Muhammadiyah 12 GKB, Gresik, Jumat (5/4/19).
Trainer dari Cambridge Teacher Academy itu menekankan dua hal yang membuat pembelajaran di kelas menjadi menarik dan menggembirakan siswa. Yaitu keterampilan guru dalam classroom management (mengelola kelas) dan pemilihan strategi student active Learning (SAL) yang dapat menstimulasi siswa untuk lebih interaktif dalam pembelajaran.
Menurut Yuli, terdapat sembilan kunci mengelola kelas agar lebih efektif dalam mendukung pembelajaran siswa. Yakni meliputi: teacher role (peran guru), starting a lesson (mengawali pembelajaran), establishing rapport (membangun hubungan dengan siswa), ritme suara, seating arrangement and student grouping (pengaturan tempat duduk dan pengelompokkan siswa), student talk and teacher talk time (pengaturan waktu kapan bagi siswa dan guru berbicara), kejelasan instruksi, dan sikap disiplin.
Dosen dari Universitas Petra Surabaya itu menekankan, kunci utama classroom management berada pada kunci ke sembilan yaitu sikap disiplin. Penting bagi guru dan siswa melatihkan terus-menerus sikap disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Perlunya menegakan aturan kelas dan guru bertindak sebagai pengendalinya.
Selanjutnya, pemilihan strategi SAL dapat digunakan menyesuaikan konten materi dan karakteristik siswa. Misalnya, bila pembelajaran fokus pada reading (membaca) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. “Guru bisa menyajikan cerita-cerita menarik yang sedang trend di kalangan siswa seperti kehidupan superhero, avenger, cerita anak shaleh atau para ilmuwan,” katanya memberikan contoh.
Yuli menyarankan, dalam membangun sikap disiplin siswa, perlunya menggunakan kalimat-kalimat positif untuk menghipnotis perilaku siswa. “Walaupun siswa dalam kondisi tertekan dalam menerima sanksi, setidaknya setiap hari akan terbawa dalam otak bawah sadar mereka. Guru selayaknya fokus pada apa yang salah dan dibutuhkan oleh siswa, bukan siapa yang melakukan kesalahan,” ujarnya.
Yuli mempraktikkan bersama peserta tentang beberapa contoh SAL seperti Jumbled Sentences, Running Dictation dan Matching Pictures and Ssentence. Pada saat training berlangsung, peserta secara totalitas diajak sebagaimana siswa sehingga bisa merasakan betul bagaimana startegi SAL dalam memanipulasi keadaan ruang belajar menjadi lebih bergairah dan bermakna.
Pada training dengan tema “How to Maximaize the Teaching and Learning Activities with Cambridge English Program” tersebut, Yuli kembali mengajak peserta untuk mempraktikkan memanipulasi keadaan kelas dengan penugasan secara personalize and project (individu dan proyek). Salah satu contohnya, pada kegiatan post reading siswa bisa diberikan kesempatan untuk mengaktualisasi diri unjuk kerja secara berkelompok sesuai dengan konten nilai materi yang disajikan.
“Siswa SMP dan SMA itu membutuhkan challenge (tantangan) lebih. Beri mereka ruang untuk mengeskpresikan diri, biasanya mereka akan semakin senang bila dapat menghadirkan kesan wou gitu di depan teman-temannya,” terangnya.
Peran guru (teacher role) yang dapat menjadi seorang organiser dan juga motivator dapat memengaruhi dan mengendalikan atmosfer belajar siswa. Penggunaan karakter siswa dan profil tokoh orang-orang hebat dapat pula dijadikan sebagai alternatif penyajian pembelajaran yang bermakna dan menggembirakan.
Pada kegiatan training tersebut tampak media yang bervariasi dan kreatif, energik, dan kaya akan strategi pembelajaran yang dapat memaksimalkan aktivitas pembelajaran bagi siswa. “A teachers best defense against behavior problem is an engaging lesson,” imbaunya di akhir acara.
Menurut Yuli, bentuk pertahanan terbaik seorang guru terhadap masalah perilaku siswa adalah dengan penyajian pembelajaran yang menarik. (Anis Shofatun)
Discussion about this post